Sebuah 'Kecelakaan' Terjun ke Dunia Otomotif

Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu.

SAYA tidak pernah membayangkan akan terjun ke dunia otomotif. Sekolah, kuliah, bahkan kerja dan berwirausaha di bidang otomotif. Tidak pernah terpikirkan apalagi sampai jadi cita-cita sebelumnya. Semua terjadi karena sebuah 'kecelakaan'. 

Rasanya diksi kebetulan dalam hidup saya kurang tepat. Saya yakin semua yang terjadi (baik/buruk/susah/senang) sudah jadi ketetapan-Nya. Tidak ada yang benar-benar kebetulan terjadi. Semua sudah diatur. Kadang sebuah peristiwa disebut kecelakaan karena terjadi tidak sesuai harapan.

Sebelum lebih jauh menulis, saya ingin mengutip salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang sepertinya related dengan catatan ini (semoga bisa jadi nasihat untuk diri saya).

Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(QS. Al Baqarah: 216)

Ayat di atas jadi nasihat atas segala peristiwa yang saya alami. Peristiwa apa saja. Apakah itu menyenangkan atau menyedihkan. Karena kadang bukan peristiwa buruk yang buat sedih dan kecewa, tapi harapan yang tidak sesuai kenyataan.

Gagal Jadi Perawat

Dalam KBBI, salah satu definisi kecelakaan adalah peristiwa yang tidak diinginkan terjadi. Misalnya terjatuh.

Yah, saya terjatuh ke jurang otomotif, jurusan yang waktu kecil, waktu sekolah SD hingga SMP tidak pernah saya sebutkan jika ditanya oleh guru tentang cita-cita. Semua terjadi karena 'kecelakaan'. Kalau dalam agama biasa disebut takdir.

Saat SMP, saya senang belajar Matematika. Juga Biologi. Nilai saya pada mata pelajaran itu cukup menonjol dibandingkan teman-teman kelasku yang lain. Apalagi waktu SMP saya pernah praktek bedah katak. Mengupas kulit dan melihat organ dalamnya.

Yang menakjubkan, katak itu masih hidup setelah terbelah. Tapi tidak bertahan lama. Yang mengajar praktek itu seorang perawat di puskesmas samping sekolah kami.

Berawal dari situ, setelah lulus SMP, saya merantau ke Kota Palu. Di bumi Tadulako itu, saya berencana melanjutkan studi ke jenjang menengah atas.

Daftarlah saya pada sebuah SMK swasta di jurusan keperawatan. Jurusan yang mayoritas dihuni kaum Hawa. Saya masih ingat waktu ikut seleksi tertulis dalam satu sesi, ada seratus lebih peserta, kaum Adam tidak sampai sepuluh. Mungkin hanya lima atau enam orang waktu itu.

Tes tulis saya lalui dengan baik. Mudah bagi saya bersaing dengan alumni SMP unggulan di tengah kota. Mungkin karena saya cukup senang belajar biologi waktu SMP, jadi mudah menjawab setiap butir soal yang diberikan.

Berselang beberapa hari, seleksi dilakukan lagi. Kali ini bukan soal kecerdasan, tapi kesehatan fisik.

Di sinilah muncul masalah. Saya gagal melewati tes tersebut. Dari sekian banyak ujian kesehatan, mulai tes rabun jauh dan dekat, pendengaran, tinggi badan, dan seterusnya. Ada satu yang susah saya lewati: tes buta warna.

Haha yah, saya ternyata buta warna gaez. Saya baru tau pada saat tes tersebut. Padahal saya bisa bedakan loh warna uang mulai seribu rupiah sampai seratus ribu. Tapi saya gagal. Saya sudah berusaha melihat dengan teliti alur setiap warna. Saya tetap kesulitan melihat angka yang dibentuk oleh lingkaran kecil berwarna-warni.

Jika ditunjuk warna setiap lingkaran kecil itu, saya bisa jawab. Tapi entah mengapa saya tidak bisa melihat pola angka yang dibentuk oleh lingkaran kecil berwarna-warni itu. Saya dinyatakan gugur.

Seorang tetangga, kerabat yang kenal saya berinisiatif membantu. Dia mencoba berkomunikasi dengan guru di SMK tersebut yang dikenalnya dengan baik. Apakah satu kekurangan yang saya miliki itu sudah tidak bisa lanjut atau masih ada jalan lain agar bisa lolos?

Kalau tidak bisa lewat pintu, mungkin ada jendela yang terbuka. Haha. Sebuah usaha yang coba dilakukan untuk melawan takdir. Tapi takdir sudah menjadi ketetapan Tuhan.

Guru di sekolah itu tidak bisa membantu. Tidak ada jendela maupun pintu darurat yang bisa dilewati orang buta warna untuk jadi tenaga kesehatan.

Menurutnya, orang yang buta warna seperti saya tidak bisa jadi perawat. Alasannya jelas dan masuk akal.

Salah satunya karena untuk membedakan obat yang satu dengan lainnya itu pada warnanya. Sehingga, dikhawatirkan orang seperti saya bisa membahayakan pasien karena salah memberikan obat.

Pupuslah harapan untuk jadi perawat. Serasa pelajaran biologi yang saya senangi waktu SMP sia-sia. Bukan hanya itu, banyak mimpi yang tidak bisa kukejar karena penyakit ini: tentara, polisi, pilot, nakhoda, dokter, dan masih banyak profesi idaman mertua lainnya tertutup rapat.

Saya sempat merenung. Bersedih sudah pasti. Sejenak meluapkan emosi yang bergejolak di dada. Hanya dua pilihan waktu itu: kembali ke kampung kerja kebun atau mencari sekolah lain.

Karena saya anak yang malas ke kebun, saya tidak mau pulang kampung. Haha salah satu motivasi saya rajin ke sekolah mulai SD sampai kuliah, karena malas ke kebun. Saya kadang diejek keluarga dan tetangga karena malas. Malas ke kebun. Tapi di sekolah, saya dipuji rajin. 

Jadi teringat quote Pidi Baiq: "Aku memang malas bangun pagi, tapi aku rajin bangun siang."

Akhirnya seorang kerabat menawarkan salah satu SMK swasta di Kota Palu yang masih menerima peserta didik baru pada gelombang ketiga. Gelombang terakhir.

Pilihan sekolah yang masih terbuka waktu itu sangat sedikit. Saya juga tidak tahu tentang sekolah di kota itu. Sementara sekolah negeri semuanya sudah tutup. Bahkan mungkin sudah melakukan pengenalan siswa baru di sekolah.

Sekolah pilihan itu adalah SMK Kristen Bala Keselamatan Palu. Yah, sekolah kristen yang dari segi keyakinan berbeda dengan saya.

Pilihan itu membuat saya berpikir berkali-kali sebelum memutuskan daftar. Pilihannya kembali pada yang saya sebutkan sebelumnya: lanjut sekolah atau kembali ke kampung kerja kebun.

Tidak banyak waktu untuk berpikir. Akhirnya saya pilih daftar di sekolah itu. Saya tidak tahu mau ambil jurusan apa. Karena waktu itu ada kerabat yang daftar ambil jurusan otomotif, maka saya ikut saja dengan dia pilih jurusan tersebut. Saya benar-benar belum tau sama sekali tentang otomotif.

"Di situ saja dulu daftar. Nanti kalau tidak suka, pindah saja kalau kelas 2. Daripada menganggur," begitulah ungkapan kerabat yang menawarkan sekolah itu sebagai alternatif solusi.

Belajar Otomotif dari Nol

Di SMKK BK Palu saya mulai belajar tentang otomotif. Mulai dari bagaimana cara pegang kunci-kunci, membedakan antara yang satu dengan lainnya, cara penggunaannya, hingga lebih jauh pada bagian mesin.

Saya masih kesulitan belajar dan memahami pelajaran yang saya tidak senangi itu. Selama dua semester, nyaris saya belum paham tentang otomotif. Ketika naik kelas 2, sebuah bengkel datang ke sekolah dan menawari siswa yang mau bekerja sambil belajar di bengkelnya.

Waktu itu, jam masuk sekolah mulai jam 1 siang hingga setengah 6 sore. Sehingga, pagi hari bisa ikut belajar dan bekerja di bengkel orang yang ke sekolah itu.

Orang itu adalah Pak Hantje. Orang Manado yang lama bekerja di Toyota Hasjrat Abadi Palu. Dia membuka bengkel sendiri yang diberi nama Bengkel Bersehati. Bengkel itu dibangun di pekarangan rumahnya. Dia hanya berdua dengan istri. Belum punya anak dan tidak punya mekanik.

Ketika mendapat tawaran itu, saya bersama lima teman lainnya langsung menjemput dengan semangat. Ini adalah peluang belajar secara langsung di bengkel.

Pak Hantje adalah bos sekaligus guru yang sangat baik. Meski pengetahuan kami tentang otomotif di sekolah masih sangat sedikit dan belum ada pengalaman praktek langsung, dia dengan sabar mengajar dan langsung praktek di mobil pelanggannya.

Selain mengajar, makanan kami juga ditanggung. Sarapan dan makan siang. Di akhir pekan kadang kami juga dikasih Rp 20 ribu untuk pembeli bensin. Kalau banyak pelanggan kadang lebih banyak lagi.

Kurang lebih enam bulan kami kerja di bengkel tersebut. Masuk jam 7.30 dan pulang jam 12 siang. Lanjut ke sekolah jam 1. Begitulah rutinitasku waktu sekolah dulu.

Mulai dari kerja di Bengkel Bersehati itu, saya mulai beradaptasi dengan kunci-kunci. Mengenal lebih banyak tentang otomotif. Bukan sekadar teori, tapi juga praktik langsung. Tidak hanya praktek alat peraga seperti di sekolah, tapi langsung di mobil utuh.

Selama kurang lebih enam bulan, kami pun pamit karena ingin melanjutkan pendidikan sistem ganda (PSG). Sebagian teman pilih di bengkel itu, sementara saya pindah ke bengkel lain.

Saat PSG, saya memilih di Bengkel Mecceline. Pemiliknya adalah bekas manajer bengkel dealer Suzuki. Namanya pak Rusli. Tionghoa yang sukses di dunia otomotif.

Baru dua bulan magang, saya mengalami musibah. Sakit. Usus turun. Mungkin karena tidak memperhatikan ergonomi dalam bekerja.

Saya izin pulang kampung berobat. Lalu istirahat total selama sebulan lebih. Saya tidak pernah lagi masuk PKL. Saya kembali ke bengkel itu pada saat penarikan dan minta tanda tangan pengesahan untuk laporan prakerin.

Karena penyakit yang itu (usus turun), saya tidak bisa lagi bekerja yang mengeluarkan tenaga banyak. Seperti angkat beban berat.

Lagi-lagi saya sempat merenung tentang masa depan. Mau jadi polisi atau tentara sudah pasti gagal bahkan sebelum tes. Buta warna dan usus turun jadi tes wajibnya.

Mau kerja di bengkel atau perusahaan otomotif, rasanya sulit. Karena penyakit saya. Di bengkel pasti butuh tenaga banyak apalagi bengkel mobil. Kalau pulang kampung kerja di kebun, juga sama. Waktu itu belum ada niat kuliah.

Ikut Lomba LKS Otomotif se-Kota Palu

Hampir dua bulan istirahat, kondisiku mulai membaik. Praktek kerja lapangan (PKL) sudah berakhir. Saya mulai lagi masuk sekolah dan menyusun laporan saat PKL.

Setelah menyusun laporan dan memaparkan hasil PKL di hadapan guru, selanjutnya mengikuti ujian kompetensi keahlian.

Tidak lama kemudian, beredar informasi akan diadakan lomba keterampilan siswa (LKS) se-Kota Palu. Salah satu jurusan yang diperlombakan adalah teknik kendaraan ringan (mobil).

Saya tidak tahu apakah infonya sudah lama diketahui oleh guru kami atau mungkin juga terlambat dapat informasinya. Saya diberitahu akan diikutsertakan dalam lomba itu sepekan sebelum hari pelaksanaan.

Persiapan sangat minim. Waktu itu salah seorang guru kami yang sangat disegani, mengajak ke sekolah di malam hari. Sebelum bertanding, saya diajar lebih jauh tentang overhaul engine dan pengukuran diameter silinder (cylinder bore gauge): atas, tengah, bawah. Saya mulai belajar kilat mulai jam 8 malam sampai jam 11 lewat. Pulang menjelang tengah malam.

Rasanya belajar dalam satu malam itu sangat singkat untuk ikut lomba. Karena saya sudah ditunjuk mewakili sekolah dan jurusan TKR, mau tidak mau harus siap.

Tibalah waktu perlombaan itu. Lomba diadakan di SMKN 3 Palu. Sekolah negeri unggulan di kota. Sekolah itu selalu ikut dalam LKS. Bukan hanya tingkat kota, tapi diperhitungkan hingga di tingkat nasional.

Sebelum bertanding, sekolah itu sudah diunggulkan. Apalagi alat dan bahan yang digunakan dalam lomba itu adalah peralatan di SMKN 3 Palu. Alatnya lengkap dan terupdate seperti mesin dan transmisi yang di-overhaul kepunyaan Avanza. Sementara di sekolah kami belum ada mesin seperti itu. Yang sering kami praktekkan hanya mesin dan transmisi Kijang yang sudah jompo.

Itu bukan pematah semangat. Malah saya sangat bersemangat dan percaya diri. Pertama karena peserta lomba yang ikut dari SMK tersebut adalah siswa kelas 2. Sementara saya sudah kelas 3. Sudah mau lulus. Satu tingkat di atasnya.

Peserta lomba waktu itu ada empat sekolah. Kemudian bagian yang diperlombakan adalah overhaul engine, overhaul transmisi, pemeriksaan dan pengukuran sistem rem, diagnosa sensor yang di-trobel-kan, hingga pemaparan sistem injeksi.

Dari berbagai jenis lomba itu, saya kewalahan pada overhaul transmisi. Kalau mesin saya sudah pernah beberapa kali bongkar di tempat prakerin. Yang belum pernah sama sekali adalah transmisi. Pada bagian itu, waktu habis sementara transmisi belum terbongkar. Haha.

Pada lomba itu, meski saya lebih senior dari Lucky --peserta dari SMKN 3 Palu-- tapi saya mengakui skillnya lebih baik dan lebih lincah bongkar pasang mesin dan transmisi selama perlombaan. Dia beruntung seperti namanya.

Akhirnya saya hanya meraih juara 2. Ini adalah kebanggaan tersendiri bagi saya dan juga untuk sekolah kami. Ini adalah pertama dan terakhir kali saya ikut lomba selama sekolah.

Coba-coba Daftar Jurusan Otomotif di UNM

Setelah hasil ujian nasional diumumkan, beberapa teman saya berlomba-lomba daftar masuk perguruan tinggi. Sebagian besar daftar di Universitas Tadulako, kampus terbaik di Sulawesi Tengah.

Sementara saya, berada di persimpangan jalan. Bingung menentukan masa depan. Kegagalan saat daftar di SMK keperawatan selalu membayangi. Beragam profesi sudah menutup pintu bagi saya. Sementara jika bekerja di bengkel mobil atau kembali ke kampung bekerja, saya punya penyakit yang belum sepenuhnya pulih.

Seleksi nasional (SNMPTN) pun diumumkan.Teman saya yang lolos di Untad mengungkapkan kegembiraan dan rasa syukurnya di media sosial. Kolom komentarnya ramai ucapan selamat.

Ada juga yang gagal. Lalu daftar lagi jalur kedua (SBMPTN). Sehari menjelang pendaftaran ujian tertulis itu ditutup, tiba-tiba saya tergerak untuk ikut mendaftar. Awalnya mau ambil Jurusan Bahasa Inggris di Untad.

Namun, sebelum daftar, saya jalan-jalan ke sekolah dan bertemu seorang guru otomotif alumni Universitas Negeri Makassar (UNM). Dia menyarankan untuk kuliah di kampus eks IKIP itu. Dia mengatakan, di Indonesia Timur, hanya UNM yang memiliki jurusan otomotif.

Dari situlah saya masukkan UNM sebagai daftar perguruan tinggi. Pilihan pertama Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif, kedua Jurusan Matematika. Sementara pilihan ketiga saya ambil Jurusan Bahasa Inggris di Universitas Tadulako. 

Saya tidak lagi berekspektasi tinggi. Kegagalan saat daftar SMK keperawatan masih membayangi. Untung kalau lulus di pilihan ketiga nantinya. Karena katanya peluang untuk lolos pada pilihan pertama itu kecil.

Waktu itu suasananya bulan ramadhan. Setelah pulang dari tarawih, sebuah SMS masuk. Seorang teman mengabari kalau pengumuman SBMPTN telah keluar. Dia mengucapkan selamat terlebih dulu lalu menyampaikan kalau saya lulus di Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif UNM.

Yah waktu itu saya tidak tahu bagaimana caranya melihat pengumuman. HP saya nokia jadul. Tidak punya laptop. Di kampung tidak ada warkop. Dan memang saya tidak tahu bagaimana cara mengoperasikan komputer.

Sejak awal proses pendaftaran sampai mengecek hasil pengumuman, saya hanya dibantu oleh teman yang ngerti internet. Yang tidak dibantu hanya menjawab soal saat ujian tulis. Waktu itu saya tes tulis di Universitas Muhammadiyah Palu.

Yah, kabar dari teman itu membuat saya gembira dan bersyukur. Lebih riang lagi orangtua dan keluarga. Bagaimana tidak senang, saya yang awalnya tidak berekspektasi, akhirnya lulus. Sementara waktu SMK dulu saya berekspektasi tinggi, tapi malah gagal.

Saya yakin semua tidak terjadi secara kebetulan. Semua sudah menjadi ketetapan Allah.

Mungkin inilah salah satu makna ayat di awal tulisan ini. Kita hanya bisa berencana, Tuhan yang menetapkan.

Di kampus saya kemudian mempelajari lebih dalam tentang otomotif. Sebagian yang saya dapatkan di SMK, saya pelajari lagi di kampus. Karena jebolan UNM diharapkan jadi guru, maka pekerjaan pertama saya ambil setelah lulus adalah menjadi guru jurusan TKR di SMK.

Kemudian sekarang, sambil mengajar, saya juga mulai membuka usaha di bidang otomotif. Saya yakin semua ini sudah menjadi takdir yang ditetapkan Tuhan.

Catatan Refleksi: Connecting The Dot, Butterfly Effect Aware and Beware

Suatu ketika, saya mengikuti sebuah kelas Peace and Leadership yang diadakan oleh KITA Bhinneka Tunggal Ika. Salah satu materi yang sangat menarik dan relate dengan catatan ini adalah 'Find Your Dream'. Materi ini diberikan kepada the Guardians of Peace.

Pemateri waktu itu, Kak Therry menjelaskan bahwa mimpi, cita-cita, atau masa depan itu tidak bisa direncanakan manusia. Semua sudah ditetapkan Tuhan. Kalau dalam Islam disebut sudah tercatat di lauh mahfuz. Bahkan daun yang jatuh pun sudah ditetapkan oleh Allah.

Dengan menyadari bahwa semua sudah ditetapkan Tuhan, bukan berarti kita harus pasrah dengan apa yang terjadi. Kak Therry memilih diksi memprediksi masa depan ketimbang merencanakan. Katanya, kita tidak bisa merencanakan apa yang sudah ditetapkan Tuhan. Tapi memungkinkan untuk memprediksi.

Lalu bagaimana caranya memprediksi masa depan? Bagaimana memprediksi mimpi atau cita-cita itu?

Menurutnya ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan yaitu connecting the dots, butterfly effect, aware and beware.

Connecting the Dots

Connecting the dots adalah istilah yang pertama kali diperkenalkan Steve Jobs. Dalam sebuah pidatonya pada acara wisuda di Stanford University, Steve Jobs mengatakan: Saya hari ini adalah connecting dari peristiwa-peristiwa masa lalu yang saling terhubung.

Dalam setiap peristiwa, pasti ada pesan yang ingin disampaikan Tuhan. Tinggal bagaimana kita belajar membaca dan memetik hikmah dari setiap peristiwa untuk dijadikan pijakan bertindak di masa yang akan datang.

Karena meskipun takdir sudah ditetapkan, masih ada pilihan diberikan kepada manusia. Kita diberi free will untuk memilih nasib mana yang sudah ditakdirkan.

Setiap peristiwa yang dialami, pasti ada hikmahnya. Setelah mengikuti kelas itu, sayapun berefleksi. Berusaha mengingat setiap peristiwa yang pernah saya alami. Ternyata ada begitu banyak dot yang saya tidak sadari terhubung dengan hidup saya saat ini.

Mulai senang belajar Matematika dari SD, SMP, lanjut SMK dan kuliah di jurusan otomotif, mengajar di SMK, dan memulai usaha di bidang otomotif. Semuanya terkoneksi yang terjadi tanpa saya sadari.

Apakah yang saya alami ini adalah rencana masa kecil saya? sepertinya bukan. Tapi apakah ini takdir Tuhan? ya, saya meyakini itu.

Butterfly Effect

Istilah butterfly effect diperkenalkan oleh Edward Norton Lorenz. Dia mengatakan kalau kepakan sayap kupu-kupu di hutan belantara Brazil dapat menghasilkan tornado di Texas beberapa bulan kemudian.

Butterfly effect adalah gagasan mengenai perubahan kecil yang dapat menimbulkan konsekuensi yang besar. Butterfly effect ini bisa dibilang adalah sebuah titik-titik kecil dalam hidup yang bisa saja menjadi sebab penghubung connecting the dots yang besar.

Apa yang saya alami saat ini adalah akibat tindakan-tindakan, atau pilihan nasib yang saya pilih di masa lalu. Mungkin dari memilih sekolah di SMK jurusan otomotif, begitupun saat kuliah. Peristiwa yang saya tidak rencanakan itu membawa pada takdir saat ini.

Aware and Beware

Connecting the dots dan butterfly effect, bisa membuat kita menemukan siapa diri kita saat ini. Tapi ada hal yang juga penting untuk dipelajari, yaitu memprediksi siapa diri kita di masa yang akan datang.

Oleh karena itu, penting untuk aware dengan the new dots. Dengan menyadari setiap dots baru itu datangnya dari Tuhan, membuat kita lebih berantusias meresponnya.

Hal terpenting juga harus senantiasa dilakukan adalah memanjatkan doa kepada sang pencipta yang telah dan akan menciptakan segala peristiwa. Dengan doa, bisa mengubah masa lalu yang suram menjadi cerah.

Selain aware, konsep beware juga perlu untuk diperhatikan. Karena akan banyak godaan yang Tuhan berikan kepada kita. Bisa saja self interest kita meningkat dikala mendapat banyak penghargaan, penghormatan, atau kelebihan lainnya. Sehingga perlu tetap waspada dan selalu menyadari semua yang terjadi dalam hidup ini berada dalam kuasa Tuhan.

Dengan menyadari ini semua, saya bisa lebih tenang menghadapi berbagai persoalan hidup. Termasuk tantangan-tantangan yang mungkin akan saya hadapi kedepan.

Demikianlah catatan kecil ini sebagai pengingat diri dan panduan dalam menjalani hidup.(*)

About the Author

Blogger pemula dari Makassar.

Posting Komentar

Tinggalkan komentar di bawah ini dan bagikan pendapat Anda tentang artikel di atas.