Lengang di Bulan Rahmat

Bismillahirrahmanirrahim

Menteri Agama, Fachrul Razi telah menetapkan dan mengumumkan awal puasa atau 1 Ramadhan 1441 Hijriah jatuh pada Jumat, 24 April 2020. Ketetapan tersebut diputuskan melalui sidang isbat di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Kamis 23 April 2020.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Jika awal Ramadhan telah ditetapkan ba’da magrib, suasana sudah mulai ingar. Salawat di Masjid bunyi beriringan. Masyarakat dengan rapi menggunakan pakaian muslim, jubah dan mukena berbondong-bondong mendatangi rumah Allah. Anak-anak, pemuda, gadis, ibu-bapak, hingga orang tua tak terkecuali mereka yang berhalangan.

Mereka riang gembira penuh semangat menyambut bulan suci ramadhan. Masjid menjadi penuh bahkan kadang tidak muat untuk melaksanakan salat tarawih. Suara imam akan terdengar secara bergantian takbir dan menutup dengan salam antara masjid satu dengan lainnya. Begitulah kebiasaan umat islam selama ini.

Malam ini, suasana begitu lengang. Setelah awal ramadhan ditetapkan, kondisi lingkungan masyarakat hening. Takbir dan lantunan ayat suci Al-Quran imam-imam di masjid tak lagi terdengar.

Semua ini terjadi karena adanya imbauan dari Kementerian Agama RI untuk melaksanakan ibadah di rumah guna menghindari penularan virus corona.

Melaksanakan ibadah di rumah tidak akan mengurangi esensi dari bulan penuh berkah ini. Selagi kita bisa meluruskan niat yang tulus dan melakukan yang terbaik di bulan ini.

Bagi umat islam, bulan Ramadhan merupakan bulan yang paling istimewa. Salah satu yang menjadikan bulan kesembilan dalam kalender hijriyah ini istimewa adalah karena ayat Al-Quran pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW tepat pada bulan ini. 

Bahkan terdapat satu malam di bulan ini lebih baik dari 1000 bulan yakni malam lailatul Qadar. Tentunya, bukan hanya ini keistimewaan bulan ramadhan, masih banyak lagi kelebihan yang Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahuinya.

Karena berbagai keistimewaan tersebut, banyak umat islam yang sangat menanti dan berharap bisa bertemu dengan bulan penuh berkah ini. Namun, hanya beberapa yang bisa mendapatkannya.

Sore tadi, group WhatsApp angkatan saya tiba-tiba ramai dengan ungkapan bela sungkawa. Istri salah seorang dosen saya meninggal dunia sehari sebelum ramadhan (semoga segala dosanya diampuni dan amal ibadahnya diterima di sisi Allah).

Dia pasti juga berharap bisa bertemu dengan bulan suci Ramadhan ini. Tetapi Allah berkehendak lain.

Bagaimana dengan kita yang masih dipertemukan dengan bulan suci ramadhan? Inilah saatnya kita memanfaatkan dengan sebaik-baiknya bulan penuh ampunan ini.

Ramadhan tahun lalu telah berlalu dan kita tidak bisa kembali untuk memperbaiki kesalahan dan kekurangan kita di masa lalu. Begitupun dengan ramadhan tahun depan tidak ada jaminan kita masih bisa dipertemukan dengannya.

Bahkan untuk melalui bulan ini dengan penuh tidak ada garansi. Oleh karena itu, manfaatkanlah sebaik-baiknya waktu dan kesempatan yang diberikan Allah kepada kita. Ruang kendali kita hanya ada saat ini dan sekarang.

Marilah kita saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran (Q.S. Al-‘Asr: 3).

Dalam menyambut bulan penuh berkah ini, masyarakat di kampung tak ketinggalan untuk mempersiapkan santapan sahur pertama yang bergizi. Setelah magrib, di tengah kesunyian dan kegalapan malam, aroma bumbu masakan ayam tetangga begitu ramai di udara menyengat masuk ke sela-sela bulu hidung. 

Bapak saya juga potong seekor ayam. Tapi belum dimasak. Kata ibu, nanti subuh baru cepat bangun memasak dan kita pakai makan sahur.

Selamat menunaikan ibadah puasa ramadhan.

Marhaban ya Ramadhan. Mohon maaf lahir batin.

Allahu A'lam

signature
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url