Berkurban Binatang dan Sifat Binatang dalam Diri

Jangan hanya berkurban binatang sapi, ayam, dan sejenisnya. Ada yang lebih penting yaitu mengurbankan (memotong) sifat binatang dalam diri.
Foto Keluarga

TIGA hari yang lalu motor saya sedikit rusak. Saya perbaiki di indekos teman kampus. Kuku saya yang sedikit panjang menjadi hitam beroli. Meskipun telah saya cuci berkali-kali menggunakan sabun cuci, warnanya tetap masih kehitam-hitaman.

Resiko anak otomotif. Harus berani kotor. Kata teman saya.

Sebenarnya sejak minggu lalu, saya ingin potong kuku. Tetapi, karena saat khutbah Jumat, Khatib mengatakan tidak boleh memotong, rambut atau segala bulu yang ada di badan, pun dengan kuku, sebelum tanggal 10 Zulhijjah atau hari raya kurban.

Hari raya idul adha, selain waktunya jamaah haji tawaf mengelilingi ka’bah, juga identik dengan kurban. Larangan potong bagian tubuh sebelum hari raya, dan anjuran memotong kurban saat hari raya.

Berkurban salah satu tradisi umat islam sejak zaman Nabi Ibrahim AS. Itu sebabnya, setiap awal bulan zulhijjah, sampai tanggal 10, kisah nabi Ibrahim dan Ismail AS, kembali ramai diceritakan.

Tujuannya, tidak lain agar kita kembali mengingat bagaimana kisah perjuangan dan kepatuhan Nabi Ibrahim kepada Rab-Nya. Dan terpenting dari kisah ini adalah, agar kita bisa mengikuti teladan beliau.

Kurban hewan ternak adalah anjuran bagi setiap muslim yang mampu. Bisa sapi, domba, ataupun ayam. Tapi pada umumnya, saya melihat di lingkungan saya, masyarakat rata-rata berkurban ayam. Pun jika ada sapi, hanya 1 atau 2 orang.

Selama hidup, orang tua saya belum pernah berkurban sapi. Hanya selalu mendapat bagian dari orang yang berkurban sapi.

Besar kecilnya hewan kurban bukanlah tujuan utama. Tetapi keikhlasan hati dan kemampuan yang dimiliki.

Pun jika tidak punya harta dan hewan kurban, minimal kita bisa kurbankan (potong) sifat-sifat buruk dalam diri kita dulu. Memotong sifat sombong, iri hati, dengki, kebencian, dan akhlak tercela lainnya, kemudian kita buka lembaran baru dengan saling memaafkan dan sifat-sifat yang baik seperti Nabi Ibrahim dan Ismail AS.

Indahnya hidup jika tiap hari seperti ini. Bukan dari segi kurban bentuk dan jenis binatang, tetapi kurban (memotong) sifat binatang dalam diri ini.

Permohonan maaf bertebaran di mana-mana. Mulai dari masjid selepas salat id, hingga di media sosial. Bukan hanya kepada orang dekat, tetapi juga kepada orang tak dikenal yang jauh di mata, tetapi dekat di media sosial.

Selamat merayakan hari raya idul adha. Minal aidzin wal faidzin. Mohon maaf lahir batin. (*)

signature

Wahyudin Tamrin

Journalist | Teacher | Enginer.

Tinggalkan komentar di bawah ini dan bagikan pendapat Anda tentang artikel di atas.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال