Dahulukan Karakter Dalam Memimpin

Kepemimpinan sejati bukan hanya sekadar pandai mengatur dan memiliki banyak pengikut. Ada yang lebih penting, yaitu karakter.

KEPEMIMPINAN sejati bukan hanya sekadar pandai mengatur dan memiliki banyak pengikut. Ada yang lebih penting, yaitu karakter.

Jiwa kepemimpinan adalah kebutuhan setiap individu. Setiap orang harus mampu menjadi pemimpin. Minimal memimpin diri sendiri agar tujuan hidup bisa terarah.

Dalam keluarga, ayah adalah pemimpin yang harus mampu mengarahkan istri dan anaknya ke arah yang menjadi tujuan hidup bersama. Begitupun dalam komunitas masyarakat, organisasi, hingga dalam lingkup yang lebih luas seperti negara.

Negara Indonesia, memiliki pemimpin yang bernama presiden. Presiden adalah pemimpin yang mampu membawa negara ke arah tujuan bersama. Menjadi presiden butuh banyak pengikut untuk memilihnya, dan setelah terpilih, harus mampu mengarahkan para pengikutnya atau warga negaranya.

Jika begitu, berarti tidak susah menjadi pemimpin. Syaratnya cukup ada dan hidup dulu. Kan sudah jadi pemimpin diri sendiri. Atau cukup menikah, dengan begitu, kita memiliki istri dan anak-anak yang siap mengikuti arahan kita.

Tentu, jika dalam sebuah organisasi masyarakat, hingga negara, untuk memimpin bukanlah hal yang mudah. Akan banyak saingan dan perbedaan-perbedaan orang yang dipimpin. Sehingga kemampuan untuk mengarahkan sangat dibutuhkan.

Tetapi tidak cukup hanya sekadar memiliki pengikut yang banyak dan kemampuan dalam mengarahkan mereka. Seorang pemimpin sejati harus mendahulukan jiwa karakter yang baik dalam memimpin.

Setya Novanto, mantan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat, yang memimpin para anggota DPR, memiliki kemamuan kepemimpinan dan pengikut yang banyak. Tetapi tidak memiliki karakter yang baik. Sehingga apa yang terjadi, arah dan tujuan organisasi mandek dan berantakan.

Suatu waktu, di sebuah organisasi, ada seorang pemimpin yang memiliki kemampuan mengarahkan cukup baik. Tetapi karena tidak memiliki jiwa karakter yang baik, lalu korupsi, sehingga arah dan tujuan organisasi tersebut hilang.

Sebenarnya, masih banyak contoh-contoh pemimpin yang memiliki pengikut banyak, tetapi korupsi dan bukannya membawa organisasi ke arah tujuan bersama, tetapi maalah memanfaatkan organisasi untuk kepentingan diri sendiri.

Kemarin, Sabtu 5 September, saya sempat mengikuti forum diskusi daring FIM Maccarita Volume 3. Narasumbernya adalah Kak Mandira Bienna Elmir.

Dalam sesi itu, ia berbagi kisah dan inspirasi, serta pengenalan lebih dekat Forum Indonesia Muda. Dalam Forum Indonesia Muda, kata dia, ada tujuh pilar karakter dan kepemimpinan yang harus dimiliki.

Tujuh pilar karakter ialah cinta kasih, integritas, kebersahajan, totalitas, solidaritas, keadilan, dan keteladanan. Sementara pilar kepemimpinan adalah mengenal diri, komunikasi, akhlak, kekuatan belajar, manajerial, dan pengorganisasian.

Sebagai pemuda, dan juga calon pemimpin masa depan, tujuh pilar karakter dan kepemimpinan itu harus dipahami dan diterapkan dalam kehidupan.

Apalagi, pada tahun 2030 ke atas nanti, Indonesia diprediksi akan menglami bonus demografi dimana jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dibanding tidak produktif.

Pada tahun-tahun tersebut, pemimpin negara akan diambil alih oleh para pemuda saat ini. Tidak menutup kemungkinan saya, atau anda yang membaca tulisan ini yang akan menjadi pemimpin negara di era bonus demografi tersebut.(*)

signature

Wahyudin Tamrin

Journalist | Teacher | Enginer.

Tinggalkan komentar di bawah ini dan bagikan pendapat Anda tentang artikel di atas.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال