Ribang Bakucalla Radiator 015 Teknik UNM

29 Mei 2016, Radiator 015 lahir di Pantai Punaga, Takalar. Kami singkat R-15. Seperti nama sepeda motor yang super kencang.


HARI ini sudah tujuh tahun berlalu. Saya ucapkan selamat ulang tahun letting-letting the Radiators. Waktunyami masuk sekolah. Atau wattunnami di drop out. Alhamdulillah semua selamat dari DO tahun lalu. Meski banyak yang cuci gudang.

Radiator adalah komponen pada mobil. Fungsinya untuk mendinginkan mesin ketika panas berlebihan. Nama itu disematkan pada kita -mahasiswa Teknik Otomotif angkatan 2015.

Harapannya kita bisa jadi pendingin kala suasana kampus memanas. Atau perang. Betapa pentingnya radiator itu. Tanpa radiator, mesin mobil bisa kelebihan panas hingga meledak.

Ribang rasanya. Sudah lama kita tak bersua. Ngobrol tanpa rem. Bakucalla. Bercerita masa maba dan masa depan. Lalu tertawa lepas. Tanpa beban.

Masa maba yang lucu selalu mengundang tawa. Tapi saat dialami, sulit ditertawakan. Sementara masa depan belum pasti. Entah jadi apa kita nantinya. Tapi kita tidak pusing memikirkannya.

Lucu mengenang masa yang culung. Botak dan selalu jalan menunduk di kampus. Mappatabe. Terkadang ujung jari sampai menyentuh tanah atau lantai.

Ketika pulang, selalu berombongan. Dikawal pengurus himpunan sampai gerbang. Memastikan kita pulang dengan aman.

Yang berpisah kadang hilang di tengah jalan. Diculik entah oleh siapa. Mengerikan jalan sendiri waktu itu. Seperti membayangkan domba berjalan di kandang singa. 

Seketika dapat diterkam. Kemudian dibawah ke suatu tempat. Entah di mana.

Tapi setelah 'merdeka' dan punya junior, yang culung berubah jadi garang. Tidak takut lagi jalan sendirian. Tidak lagi membayangkan seperti domba. 

Tapi seakan sudah seperti rajawali. Pemberani.

Selepas kuliah tidak lagi langsung pulang. Kita singgah nongkrong di depan gedung PKK. Jurusan para bidadari. Tempat pencuci mata yang selama maba sulit terlihat. 

Sebab selama maba, kita hanya selalu melihat satu wanita di kelas. Sulit menyebutnya bidadari. Tapi setidaknya dialah paling cantik diantara 50 laki-laki di angkatan kita. Haha.

Lalu, di depan gedung PKK, dengan percaya diri kita melepas kemeja. Menyisakan kaos hitam bergambar Rajawali di dada. Di punggung bertuliskan 'TEKNIK' warna merah darah. 

Beberapa mengantongi slayer hitam di kantong belakang celana gombrang. Juga memakai gelang tali di kaki dan tangan.

Kita tidak lagi berjalan tunduk seperti maba. Tapi sudah berani angkat dagu. Sesekali merayu bidadari PKK yang keluar masuk lab-nya. Entah itu mahasiswi busana, boga, atau kecantikan.

Seakan mengilhami slogan yang diajarkan secara turun temurun. PKK milik OTOMOTIF. Terbukti, beberapa diantara kita akhirnya menikahi anak PKK.

Hahaha. Semuanya jadi kenangan. Tapi ada juga yang jadi kenyataan dan jadi masa depan.

Saya agak lupa kapan kita terakhir ngumpul. Mungkin di tempat pada foto di atas. Di pantai Tanjung Bayang. Kita bakar-bakar ayam. Mandi di laut. 

Lalu makan bersama-sama. Sangat menyenangkan. Tapi saya lupa waktunya kapan.

Yang masih jelas teringat itu di Pantai Punaga, Takalar, 29 Mei 2016 lalu. Momen kita dikukuhkan.

Hanya tiga hari. Tapi ada yang bilang rasanya seperti tiga bulan. Sekalian saja 350 tahun. Supaya seperti Indonesia dijajah Belanda.

Haha mungkin berlebihan menganalogikan dengan Indonesia. Ini bukan soal waktu. Tapi penderitaan. Detik demi detik begitu terasa dan membekas.

Kita datang dari berbagai latar belakang. Suku, agama, ras, strata sosial dan daerah. Dari Sumatera hingga Papua. Merantau dan menuntut ilmu di Kota Makassar.

Berkumpul dan dipersatukan di bawah payung kampus Rajawali. Solidaritas terbentuk karena rasa senasib sepenanggungan.

Suka duka sebagai perantau. Kemudian dibalut sedikit penindasan. Membuat kita merasa ditindas dan menderita. Lalu solidaritas tumbuh. Menepis ego dan identitas masing-masing.

Saya membayangkan prakemerdekaan bangsa Indonesia. Para pemuda dari berbagai daerah seperti Jong Java, Celebes, Soematera, Ambon, dan Borneo bersatu. 

Mereka mengikrarkan sumpah pemuda. Tanah air, bangsa, juga bahasa, semuanya satu. INDONESIA.

Sumpah itu tercipta bukan karena kesamaan ras, suku, agama, atau daerah. Tapi rasa senasib sepenanggungan. Sama-sama menderita dijajah dan ditindas. Membentuk solidaritas anak bangsa waktu itu.

Hingga akhirnya bangsa Indonesia merdeka. Bebas dari jajahan kolonial.

Lagi-lagi saya membayangkan di Pantai Punaga tujuh tahun silam sebagai puncak kemerdekaan kita. Mahasiswa TEKNIK OTOMOTIF angkatan 2015. 

Meski setelah merdeka, masih banyak masalah dihadapi. Sama seperti Bangsa Indonesia.

Proses kita beradaptasi di kampus secara tidak langsung seakan mengajarkan sejarah Bangsa Indonesia. Sepantasnya memang jika kampus disebut sebagai miniatur negara. 

Di sinilah kita belajar tentang bernegara.

Berawal kita dijajah. Kemudian jadi masyarakat. Lalu masuk dalam pemerintahan lembaga kemahasiswaan. Hingga akhirnya ada jadi pemimpin.

Membuat program kerja serta kebijakan di internal mahasiswa. Sayang kita belum sepenuhnya mengilhami makna Radiator. Sebagai pendingin. 

Atau sebagai juru damai di saat kampus yang masih sering memanas kala itu.

Sekali lagi selamat ulang tahun the Radiators. Semoga kalian bahagia di kampung halaman atau tempat baru. Bahagia dengan pekerjaan masing-masing. Bahagia dengan keluarga baru kalian.

Semoga lagu Qomar Junaidi benar. Kalian tidak lupa. Hanya sibuk bekerja. Hahaha.(*)

signature
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url