![]() |
| BELAJAR Rangkaian Elektronika TANPA GURU |
DULU waktu kuliah, sekitar delapan tahun lalu, saya ngindekos sama anak elektro. Dia lebih senior dua tahun di atas saya. Namanya Muhammad Syahrir. Dialah yang meminjamkan buku 'BELAJAR Rangkaian Elektronika TANPA GURU' ini. Saya lupa apakah dipinjamkan atau sudah diberikan.
Mungkin dia tipikal senior yang baik. Ramah dan senang berbagi. Waktu itu saya hanya sekilas membacanya. Saya belum paham banyak tentang komponen elektronika. Di SMK, saya hanya pernah belajar komponen elektronika seperti resistor, kapasitor, kondensator, dioda, dan transistor. Setidaknya komponen ini cukup familiar pada kendaraan.
Tapi di dalam buku ini, ada begitu puluhan komponen elektronika dijelaskan fungsi dan cara kerjanya. Lengkap dengan rangkaiannnya. Bukan hanya itu, dijelaskan juga bagaimana mengukur dan mengecek apakah komponen elektronika ini masih bagus atau sudah rusak.
Sebagai mahasiswa baru, saya kurang tertarik belajar elektronika. Jangankan elektronika, belajar teori di jurusanku saja (otomotif), saya tidak serius. Belajar sekadarnya dan mengerjakan tugas-tugas hanya untuk menggugurkan kewajiban agar dapat nilai bagus.
Saya lebih tertarik membaca buku biografi tokoh, novel, dan buku sejarah pergerakan mahasiswa. Seperti terlihat keren aja kalau di tas ada buku pergerakan, apalagi membacanya di gazebo kampus.
Apalagi saya terjun ke organisasi kemahasiswaan. Himpunan jurusan, BEM fakultas, dan UKM jurnalistik. Saya malah lebih serius belajar dunia jurnalistik ketimbang belajar otomotif. Saya lebih banyak praktik wawancara dan menulis berita ketimbang praktik bongkar pasang mesin.
Bahkan setelah lulus kuliah, saya masih kurang tertarik mengaplikasikan ilmu otomotif yang saya dapatkan di bangku perkuliahan. Saya lebih kepincut mengurusi urusan sosial masyarakat melanjutkan kebiasaan di UKM.
Saya memilih bergelut di dunia jurnalistik. Liputan berbagai topik. Mulai peristiwa, kriminal, ekonomi, pemerintahan, hingga politik. Namun semua itu tidak bertahan lama. Bekerja di perusahaan orang lain tidak menjamin masa depan saya. Apalagi ketika saya sakit dan tidak bisa bekerja.
Setelah resign dan mulai pulih dari sakit berkepanjangan, barulah terbesit niat untuk merintis usaha. Awalnya ragu membuka bengkel. Merasa skill yang saya dapatkan di kampus belum mumpuni. Apalagi pengalaman yang masih kurang.
Niat itu sempat redup lalu berkobar saat melihat banyak orang yang tidak pernah belajar otomotif di sekolah apalagi kuliah otomotif, bisa buka usaha bengkel. Sementara saya yang hampir delapan tahun belajar tentang itu. Apalagi saat melihat mekanik di bengkel kerja motor, sangat gampang pikirku. Kalau begitu saya juga tahu.
Jadilah awal Januari 2025 menjadi titik awal saya merintis usaha. Mulai membeli kompresor dan peralatan sedikit demi sedikit. Di sini saya tidak hanya fokus di bengkel sepeda motor. Saya juga melihat peluang bisnis servis barang elektronik dan pengelasan.
Sebenarnya saya juga masih kurang pengalaman di dua bidang tersebut. Lagi-lagi saya bertemu dengan orang yang handal mengelas dengan modal nekat belajar otodidak atau ikut-ikutan dengan orang lain tanpa harus belajar di bangku sekolah. Sementara saya pernah belajar dasarnya di sekolah dengan di kampus.
Saya hanya kurang jam terbang. Kurang pengalaman.
Saya pun membeli peralatan yang menunjang semua unit usaha tersebut. Sambil belajar dari internet, YouTube, dan konsultasi dengan teman dan senior-senior saya yang sudah menguasai bidang usaha yang saya rintis.
Sambil belajar, saya juga mengaplikasikannya secara langsung. Sekali dua kali gagal. Ketiga kalinya juga masih gagal. Sesekali ada yang berhasil. Tidak hanya sekali dua kali. Lama kelamaan saya sudah mulai nyaman belajar dan mempraktikannya.
Pengerjaan awal saya lakukan pada kendaraan pribadi dan keluarga. Begitupun instalasi listrik saya pasang sendiri di rumah sendiri. Peralatan elektronik, membuat pagar dan seterusnya.
Beberapa waktu lalu, saya membuat sebuah rak untuk sparepart dan buku. Saya membongkar ulang semua buku-buku yang tertumpuk dan menyusun ulang di rak yang sudah saya buat. Di sinilah saya melihat buku 'BELAJAR Rangkaian Elektronika TANPA GURU' ini.
Saya buka dan baca ulang. Isinya sangat luar biasa membantu saya belajar. Bahkan saya luangkan waktu tertentu untuk menamatkan buku ini sekaligus. Lalu saat mendapat job perbaikan peralatan elektronik, sekali-kali saya membukanya dan melihat diagram rangkaian atau sekadar melihat bagaimana mengecek komponen yang rusak.
Terimakasih atas bukunya Syahrir. Sebenarnya, selain membaca buku ini, saya juga masih sering menghubunginya untuk konsultasi langsung tentang servis barang elektronik. Sekali-kali dia yang bertanya kepada saya cara memperbaiki motor atau mobil.
Riri, begitu dia akrab disapa. Sebenarnya saya dengan dia satu kampung. Kami sama-sama lahir di Kampung Bonti, Pangkep. Kami juga punya sepupu satu kali yang sama. Hanya saya baru mengenalnya saat kuliah.
Saat kecil, saya sudah meninggalkan kampung itu. Orangtuaku merantau ke Palu. Saya ikut ke sana. Sekolah SD hingga tamat SMK. Sementara Riri tetap di kampung itu sampai lulus SMK.
Dia lebih dulu dua tahun kuliah di UNM. Tahun 2023. Saya baru mulai kuliah 2015. Tapi tidak ada sekat antara kami. Di kos kami selalu makan bareng. Saling membantu dan seterusnya.(*)
