Mahasiswa Kesepian di Makassar Jelang Lebaran

Ngopi sambil baca buku di warkop.
Ngopi sambil baca buku di warkop.

BERBEDA dengan malam-malam sebelumnya. Kota Makassar kini mulai sepi. Mulai dari rumah kost-kost-an hingga di jalan raya. Kecuali Ramayana, Matahari, Mall, dan tempat perbelanjaan lainnya. 

Mungkin. Saya juga tidak tahu pasti karena tidak pernah ke sana. Hanya dengar cerita orang "kaya" kalau tempat tersebut katanya ramai.

Penyebabnya sudah pasti karena sebagian besar penduduk Kota Makassar apalagi sekitar kampus adalah orang dari kampung yang datang mencari ilmu dan bekerja. Minus empat hari lebaran tentunya sudah waktunya untuk pulang kampung.

Bertemu keluarga dan kerabat yang telah lama ditinggalkan. Apalagi bulan ini bulan suci ramadhan. Setidaknya bisa makan sahur dan buka puasa bersama di akhir ramadhan.

Namun berbeda dengan mahasiswa khususnya yang bergelut di organisasi kemahasiswaan. Mungkin sebagian ada juga yang pulang. Tapi ada juga yang rela tinggal di kota perantauan demi tugas dan tanggung jawab di organ masing-masing.

Mengingat tugas mahasiswa bukan hanya sebagai pelajar yang ke kampus jika kuliah dan pulang jika selesai kuliah. 

Tapi, kata senior saya, mahasiswa itu adalah agen of change yang harus membawa perubahan, social of control atau pengontrol sosial antara penguasa dan yang dikuasai, serta moral of force yang katanya moralnya menjadi panutan masyarakat.

Kira-kira begitulah sederhananya fungsi mahasiswa yang sering didengungkan para aktivis kampus di sela-sela waktu perkuliahan.

Kami tidak pulang kampung bukan berarti tidak rindu dengan keluarga ataupun tidak punya keluarga.  Hampir tiap hari gawai berdering karena panggilan. Kapan pulang? seakan menjadi pertanyaan yang berat untuk dijawab.

Tanggung jawab dan profesionalisme lah yang membuat kami bertahan di perantauan. Kepedulian sosial juga. Peduli terhadap masyarakat, terhadap pendidikan, dan peduli dengan masa depan tentunya.

Sebagai jurnalis kampus memiliki tugas yang tidak memiliki jeda. Tiap hari dituntut untuk mencari informasi, mengolah, dan menginformasikan kepada publik. Apalagi saat-saat seperti ini begitu banyak informasi yang dibutuhkan oleh mahasiswa yang sudah pulang kampung.

Info akademik utamanya. Jadwal pembayaran UKT, pengurusan KRS, dan jadwal kuliah menjadi konsumsi yang ditunggu-tunggu oleh para mahasiswa pemburu IPK. Pasalnya jika terlambat mengurus KRS, apalagi lambat masuk kuliah, nilai menjadi sasaran. 

Meskipun di awal perkuliahan belum ada jadwal kuliah, setidaknya mereka bisa mengisi daftar hadir yang menjadi salah satu penilaian utama para dosen.

Sebuah kebahagiaan tersendiri jika mampu membantu mereka melalui informasi yang dibagikan. Meskipun kadang dicerca dan kadang juga di puji. Tapi begitulah dinamika berorganisasi. 

Suka dan duka menjadi mahasiswa. Pemuda yang dibangga-banggakan oleh sang proklamator, Soekarno.

Seperti yang sering di suarakan oleh para mahasiswa jika melakuakan aksi demonstrasi.

Jika ada 1000 orang yang memperjuangkan kebenaran, maka pastikan AKU satu diantaranya.

Jika ada 100 orang yang memperjuangkan kebenaran, maka pastikan AKU satu diantaranya.

Jika ada 10 orang yang memperjuangkan kebenaran, maka pastikan AKU satu diantaranya.

Jika ada 1 orang yang memperjuangkan kebenaran, maka pastikan dan saksikan, itulah AKU!!!

Demikian cerita tentang mahasiswa kesepian di Makassar jelang lebaran. Terimakasih sudah membaca sampai selesai. Silakan tinggalkan jejak di kolom komentar agar kita bisa saling kenal.

Salam,

signature
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url