Momok Mudik Mahasiswa Semester Akhir

TAK terasa lebaran sebentar lagi, tinggal menghitung hari bulan Ramadhan akan usai dengan hari raya Idul Fitri.
Mudik dari Palu ke Lindu
Mudik dari Palu ke Lindu.

TAK terasa lebaran sebentar lagi, tinggal menghitung hari bulan Ramadhan akan usai dengan hari raya Idul Fitri.

Menjelang hari raya Idul Fitri sebagian besar orang pulang ke kampung halaman untuk bertemu dan bersilaturahmi dengan keluarganya.

Jalanan di Kota Makassar mulai sepi. Begitupun dengan indekos. Bahkan saff salat isya dan tarawih di masjid pun semakin maju mendekati imam.

Mungkin karena kebanyakan penduduk Kota Daeng ini adalah mahasiswa dan pegawai dari kampung. Memang sudah waktunya libur baik di kampus maupun di kantoran.

Sebagai mahasiswa, tentunya saya ingin sedikit bercerita tentang dunia kampus berdasarkan pengalaman selama hampir empat tahun. Yah, sudah empat tahun. Ndak terasa sudah mau wisuda. Hehe.

Sebagian besar teman-teman dan junior saya sudah pulang kampung sejak beberapa hari yang lalu. Bahkan ada yang mudik pas selesai melaksanakan ujian semester.

Wajar saja karena ini merupakan waktu libur yang cukup panjang. Apalagi selama ini jauh dari sanak keluarga. Sudah saatnya pulang bertemu orang tua. Sahur dan buka puasa bersama. Salat berjamaah. Hingga membantu ikat buras, buat kue lebaran, dan memperindah suasana rumah.

Itu mungkin bagi mereka yang hanya bergelut di dalam kelas selama ini, jadi wajar. Sayapun dulunya -awal semester- seperti itu. Jika selesai final, kepala menjadi sangat ringan dan plong. Tak ada lagi beban di pikiran seperti saat-saat final berlangsung. Setelah itu langsung pulang kampung atau pulkam atau istilah kerennya mudik.

Namun, bagi mahasiswa yang memiliki kesibukan lain selain belajar di kelas tentunya sangat berbeda. Beberapa diantara mereka yang aktif organisasi masih memiliki beban pikiran pasca final.

Ada yang memikirkan program kerja, evaluasi program kerja, persiapan pergantian pengurus dan perencanaan serta tugas-tugas lain yang bisa di selesaikan sebelum kembali kuliah. 

Pasalnya, setelah final lah merupakan waktu yang sangat efektif bagi mahasiswa organisasi untuk menjalankan tugas di lembaga kemahasiswaan.

Bukan berarti kami tidak rindu dengan keluarga ataupun tidak ingin membantu keluarga mempersiapkan segala sesuatunya menyambut hari raya idul Fitri. Melainkan kami juga merasa bertanggung jawab atas tugas yang sudah berani kami ambil.

Tahun ini merupakan tahun keempat saya melalui bulan suci ramadhan di Kota yang rencananya ingin dijadikan Ibu Kota Indonesia ini. Di tahun pertama, kedua, dan ketiga selalu ada cerita tersendiri. Begitupun di tahun keempat ini.

Selain melalui ramadhan di Makassar, tahun ini, sebagian waktu puasa juga saya habiskan di lokasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Kabupaten Pangkep.

Sebagai mahasiswa semester akhir, final sudah bukan lagi jadi beban. Tetapi yang menjadi momok saat pulang kampung ialah pertanyaan kapan selesai. Apalagi jika sudah mencapai semester terakhir.

Yang menjadi beban pikiran ialah penyusunan proposal penelitian, melakukan penelitian, dan melakukan seminar.

Sebagian orang di kampung halaman berpikirnya jika sudah KKN pasti bentar lagi wisuda. Sangat jarang mereka mengetahui bagaimana menderitanya mahasiswa yang proposal penelitian dan skripsinya selalu ditolak.

Tidak jarang media memberitakan mahasiswa semester akhir yang bunuh diri karena depresi, tidak sanggup menyelesaikan skripsinya. Ada juga yang drop out karena dipersulit oleh dosennya. Bahkan ada mahasiswa yang berani mengancam dosen pembimbing dengan senjata tajam hanya karena persoalan konsultasi skripsi.

Belum lagi jika ada tekanan dari keluarga ataupun kerabat yang selalu menanyakan kapan selesai? Sudah empat tahun ini. Semester terakhir mi toh? Teman-temanmu sudah pada selesai. Apalagi jika orang tua memaksakan cepat selesai. Tentunya benar-benar mengerikan jika semua mahasiswa merasakan hal seperti itu.

Jangan sampai mudik ini menjadikan momok bagi kalian semester akhir pulang kampung. Anda memiliki beban pikiran pulang kampung, ditambah lagi keluarga mendesak untuk segera selesai. 

Apalagi jika mendapat dosen yang killer, susah ditemui dan sebagainya. Jangan sampai kalian malah depresi bawa banyak beban pikiran ditambah makan banyak daging pasca idul fitri.

Depresi bukanlah persoalan sepele. Jika anda merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdiskusi dengan pihak terkait, seperti psikolog, psikiater, maupun klinik kesehatan jiwa.

Selain itu, juga disarankan untuk tidak selalu sendirian mengerjakan skripsi. Carilah teman yang bisa diajak berdiskusi, ataupun melakukan hal-hal yang positif. (*)

About the Author

Lulusan Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif yang pernah menjadi guru honorer selama setahun di sekolah menengah kejuruan. Mulai tertarik menulis saat bergabung di lembaga pers mahasiswa. Bekal dari organisasi di kampus itulah mengantarnya ke media um…