Jejak Orang Rantai di Goedang Ransoem

Goedang Ransoem menyimpan banyak cerita sejarah masa lalu. Termasuk jejak orang rantai yang diperlakukan dengan cara yang tidak manusiawi.


GOEDANG Ransoem adalah museum di Kota Sawahlunto. Lokasinya tidak jauh dari lubang tambang Mbah Suro, situs tambang tertua di Asia Tenggara yang sudah saya post di postingan sebelumnya.

Haha ini perjalanan lama. Cuman baru ada niat untuk sedikit menceritakan dan menulisnya di blog ini. hhh.

Kisah di Goedang Ransoem hampir sama dengan cerita di lubang tambang Mbah Suro. Sama-sama berkisah tentang orang rantai. Pribumi yang dipaksa bekerja oleh kolonial Belanda.

Goedang Ransoem merupakan dapur umum yang digunakan memasak nasi dengan porsi cukup banyak. Di dalam goedang ini ada beberapa periuk raksasa yang terbuat dari besi dan nikel.

Periuk itu memiliki diameter 132 centimeter dan tinggi 62 centimeter. Tiap hari digunakan memasak 3.900 kilogram beras. Masakan itu diberikan kepada orang rantai, pekerja tambang batu bara.

Selain periuk raksasa, di dalam Goedang Ransoem ini juga terdapat berbagai macam koleksi makanan yang disimpan dalam kaca. Seperti daging, ukan, telur, dan juga sayur.

Yang mengerikan, di dalam Goedang Ransoem, ada puluhan batu nisan tersusun rapi. Hanya ada angka tertera di batu nisan itu.

Guide yang memandu kami menjelaskan bahwa angka di batu nisan itu adalah identitas orang rantai. Sebab, mereka datang dari berbagai daerah di Indoensia, utamanya dari Jawa, identitasnya dihilangkan.

Guidenya bilang, baju orang rantai dilepas, kemudian punggungnya di beri tanda dengan angka menggunakan besi panas. 

Kemudian dipaksa bekerja sementara kaki dan tangannya diikat rantai.

Di sebelah gedung, ada tungku pembakaran sebagai sumber energi uap panas untuk memasak.

Kini tempat ini dijadikan sebagai objek wisata. Diresmikan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia M Jusuf Kalla pada 17 Desember 2005.(*)

signature
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url