Ratapan Hari Raya Idul Fitri

BESOK sudah lebaran. Ada ratapan dibaliknya. Bapak, berpulang 343 hari lalu. Tepat Kamis malam, 12 Mei 2022. Sepuluh hari setelah hari raya Idul Fitri

Kini 49 malam Jumat telah berlalu. Tiga pekan lagi jasadnya genap satu tahun di alam sana.

Tahun lalu, lebaran masih kami rayakan. Masih sempat mengikat buras dan tumbuk bersama di penghujung ramadan. Makanan khas yang tidak pernah absen setiap hari raya.

Meski sempat sakit di awal puasa, kondisi bapak sudah kembali sehat sepuluh terakhir ramadan. Hingga kami sekeluarga ikut merayakan lebaran pada 2 Mei 2022.

Selepas salat id, kami pergi ziarah kubur di makam kakek (ayahnya bapak) dan juga tante (kakak pertama bapak) yang meninggal sembilan bulan sebelumnya. Belum cukup setahun.

Selain itu, juga bersilaturahmi ke rumah keluarga dan kerabat. Tujuannya untuk saling memaafkan. Tentu dengan harapan sama-sama bisa kembali fitri setelah melalui bulan suci Ramadan.

Hampir seluruh rumah keluarga dan beberapa kerabat kami datangi seharian. Kondisi bapak sehat. Mengendarai sepeda motor kesana-kemari. Juga bermain dengan dua cucunya - anak kakak kedua saya.

Tiga hari kemudian, saya pamit ke Makassar. Tak lupa saya cium tangan kanannya kemudian ucapkan salam lalu pergi. Itulah terakhir kali saya melihatnya hingga nafas terakhirnya berhembus.

Sepekan saya di Makassar, Kamis 12 Mei 2022 malam, ibu menelpon sekira pukul 23.30 Wita. Tetiba meminta saya pulang malam itu juga.

Tak seperti biasanya ibu meminta pulang tengah malam. Apalagi waktu itu malam Jumat - malam yang dianggap keramat. Biasanya, jika terjadi sesuatu, cukup memberi kabar, kemudian diminta pulang keesokan paginya. 

"Bisaki turun sini (di Maros) sekarang?" pinta ibu dari ujung telepon.

Setelah saya jawab "iye" telepon langsung diakhiri. Kalimat ibu benar-benar singkat. Dia tidak menyampaikan kalau bapak sudah tidak ada.

Saya pun bergegas menerobos gelap gulita memasuki Moncongloe hingga Tompobulu. Tidak ada lagi kendaraan. Lampu jalan minim. Sepi tak ada rumah penduduk.

Pikiranku berkecamuk. Campur aduk. Terus memikirkan sesuatu dibalik panggilan ibu tadi. Juga berusaha mengusir rasa takut dalam perjalanan dengan terus melafalkan ayat suci Al-Quran.

Saat tiba di depan rumah, sudah ramai orang berkumpul di pekarangan. Saya belum tahu pasti apa yang terjadi.

Setelah memarkir motor di pinggir jalan, saya mengucapkan salam lalu masuk ke rumah.

Seketika sesak tak bisa bersuara melihat ruang tengah rumah yang lebih ramai dengan isak tangis histeris. Di tengah, bapak terbujur ditutupi sarung. Tidak lagi bernyawa.

Saya langsung menghampiri ibu yang duduk di atas kepala bapak. Kakak perempuan saya tak henti-hentinya terus menangis sambil memeluk bapak. Seketika saya juga ikut memeluk. Juga menangis. Histeris.

Meski menyadari semua yang hidup pasti akan meninggal. Namun luapan emosi tetap hadir. Dengan menangis, emosi kesedihan itu bisa terluapkan.

Hari itu, kondisi bapak masih sehat. Masih sempat ke acara keluarga di Kabupaten Pangkep bersama ibu. Pulang menjelang petang.

Ba'da Isya, bapak pergi latihan bersama warga lain. Ia termasuk anggota Tapak Wali Indonesia. Dalam kondisi latihan itu kondisinya tiba-tiba kurang baik. Dibawa ke rumah salah satu warga. Berbaring. Hingga mengembuskan napas terakhir.

Mengetahui kabar bapak telah tiada, warga sekitar terus berdatangan hingga pagi. Begitupun keluarga dari jauh. Seperti dari Pangkep.

Hanya kakak pertama saya tidak lagi sempat melihat jenazahnya hingga dimakamkan. Dia tinggal di Palu, Sulawesi Tengah. Jaraknya tidak mampu ditempuh dalam satu hari. Apalagi tempatnya berada pedesaan. Jauh dari perkotaan.

Bersama om dan kakek, saya ikut memandikan jenazahnya. Mengeluarkan kotoran di tubuhnya sebelum dikafani dan disalati usai salat Jumat.

Air mata sulit terbendung. Melihat tubuhnya terbungkus kain putih polos.

Setelah disalati, dibawa ke pemakaman menggunakan ambulans. Di situlah terakhir saya memegang tubuhnya. Mengantar hingga ke liang lahat.

Semoga alam kuburnya selalu terang. Seluruh amal ibadahnya diterima. Serta dosa-dosanya selama hidup diampuni oleh Allah SWT. Aamiin..(*)

signature
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url