SELAMAT hari raya Idul Adha 1444 Hijriah. Saatnya berkurban binatang ternak dan sifat binatang dalam diri kita.
Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar. Allahu Akbar walillaahil hamd.
Lantunan takbir menggema usai salat Isya ditunaikan tadi malam. Meski kemarin sudah ada sebagian kelompok merayakan hari raya idul Adha, tapi masyarakat di kampung kami baru merayakannya hari ini. Kami mengikuti penetapan pemerintah.
Setelah salat isya ditunaikan tadi malam, suara sepeda motor bogar terdengar meraung-raung di jalanan. Gerombolan remaja pawai keliling kampung mengumandangkan takbir. Sesekali anjing ikut menggonggong ke arah mereka.
Jalanan yang biasanya sangat sepi kala malam hari menjadi ramai. Keheningan malam tiba-tiba pecah. Suara takbir menggema di udara.
Sebaliknya, suasana di rumah menjadi terasa sepi. Berbeda dengan lebaran Idul Fitri lalu yang ramai. Ada kedua kakak, dua ipar, dan dua keponakan yang berusia 2 dan 4 tahun.
Beberapa hari setelah lebaran Idul Fitri, kakak pertama saya bersama istrinya kembali ke Palu. Kali ini ia berlebaran bersama mertua dan keluarga istrinya.
Begitupun kakak kedua saya, juga ke kampung suaminya di Wajo kemarin sore. Mereka rental mobil. Tidak bisa hanya menggunakan sepeda motor. Dua anaknya masih kecil. Belum lagi barang bawaan untuk empat hari di sana. Sehingga terpaksa rental mobil. Lebih aman dalam perjalanan.
Kepergian mereka semua membuat keluarga besar selama ini menjadi sepi. Tersisa saya dengan ibu. Bapak telah lebih dulu berpulang ke rahmatullah tahun lalu -semoga Allah menerima segala amal ibadahnya dan mengampuni dosa yang telah diperbuat.
Meski ada nenek dan dua sepupu yang datang ke rumah, tapi suasana tetap berbeda. Ada kesunyian di tengah ramainya orang-orang mengumandangkan takbir.
Tidak ada teriakan, canda, dan tawa dua keponakan yang selalu memecah kesunyian.
Bersyukur saya masih bisa merayakan lebaran bersama ibu. Meski belum bisa menunaikan salat Id karena kondisi masih sakit.
Dua sepupu saya yang sekolah dan kuliah di Makassar hanya bisa merayakan hari raya bersama kami. Kedua orangtuanya jauh di Palu. Hanya melalui sambungan telepon mereka bisa saling bertukar kabar.
Mereka belum bisa pulang karena jarak yang jauh. Sementara waktu libur sangat singkat. Satu-satunya yang dilakukan adalah lebaran di Maros, bersama kami. Setidaknya lebih bermakna bersama keluarga, daripada lebaran dengan orang tak dikenal di kota metropolitan.
Takbir masih berkumandang di masjid hingga menjelang pukul 22.00 Wita. Sahut-sahutan takbir di jalanan perlahan menghilang.
Kemarin dan hari ini adalah hari kemenangan umat muslim. Jamaah haji sedang mengerjakan wukuf di Arafah. Inilah puncak ibadah haji yang menjadi rukun Islam terakhir.
Sementara umat muslim lainnya yang belum mampu menunaikan ibadah haji, diwajibkan untuk berkurban. Memotong hewan sesuai dengan kemampuan. Seperti sapi, kambing, maupun ayam.
Di kampung, beberapa masyarakat memotong sapi. Tapi, di rumah dan tetangga sekitar hanya memotong ayam. Intinya niat untuk berkurban.
Berkurban dilakukan untuk menjalankan perintah Allah. Setiap hari raya ini, kita selalu mengingat peristiwa Nabi Ibrahim AS yang hendak menyembelih anak tercintanya, Nabi Ismail AS.
Sungguh perintah yang sangat berat. Namun, sebagai hamba yang sangat taat, Nabi Ibrahim AS rela melaksanakan perintah itu.
Saat Nabi Ibrahim AS hendak menyembelih anak kesayangannya, Allah langsung menggantinya dengan seekor kambing. Itulah binatang yang dikurbankan Nabi Ibrahim kala itu.
Peristiwa tersebutlah yang menjadi cikal bakal umat muslim memotong hewan kurban setiap hari raya Idul Adha. Peristiwa itu juga yang selalu dijadikan materi khutbah sebelum salat Idul Adha ditunaikan.
Sehingga, hari raya kurban ini menjadi pengingat bagi kita terhadap ketaatan Nabi Ibrahim AS kepada Allah SWT. Berharap kita, umat muslim, dapat meneladaninya dalam hal ketakwaan.
Semoga, binatang yang dikurbankan tidak hanya berlalu begitu saja. Tapi ada hikmah yang dipetik. Bahwa semua yang dimiliki hanyalah titipan. Semua akan kembali kepada-Nya.
Selain memotong binatang sapi, kambing, ayam dan sebagainya, sifat binatang dalam diri juga sudah seharusnya dipotong.
Berharap selepas hari raya kurban ini, sifat binatang seperti buas, serakah, tamak, iri, dengki, dan sifat tercela lainnya dikikis sampai habis. Kemudian diganti menjadi sifat terpuji. Sehingga kita bisa lebih dekat kepada-Nya.
Alhamdulillah masih lebaran bersama keluarga
BalasHapus