Jurnalisme di Era Digital, Tantangan Media Abad 21

Perkembangan jurnalisme online tidak dapat dipungkiri akan menggeser media tradisional. Era ini menjadi tantangan bagi media abad 21.


TOPIK ini yang menjadi latar belakang Surat Kabar Kampus Ganto Universitas Negeri Padang (SKK Ganto UNP) untuk mengadakan Pelatihan Keterampilan Jurnalistik Tingkat Lanjut (PKJTLN).

Sebanyak 17 LPM dari berbagai universitas yang ada di Indonesia turut andil dalam pelatihan ini. Salah satunya LPM Profesi Universitas Negeri Makassar (UNM) yang merupakan UKM pertama di Kampus Orange ini.

Sebagai delegasi LPM Profesi UNM, kami dengan semangat berangkat dari Redaksi Profesi menuju Bandara Udara Internasional Hasanuddin Makassar tepat pukul 05.00 Wita subuh, Minggu (1/10/2017). 

Kami bertolak dari Kota Daeng ini menggunakan pesawat Batik Air menuju Sumatera Barat, Padang.

Setiba di Bandar Udara Internasional Minangkabau, kami mulai menghubungi panitia pelaksana PKJTLN untuk menjemput di Bandara.

Sekitar sepuluh menit menunggu, terlihat dua gadis menggunakan Pakaian Dinas Hanan (PDH) hitam merah menghampiri kami.

"Abang dari LPM Profesi yah,"? tanya Putri Radila yang merupakan koordinator seksi humas.

Kami mulai berbincang-bincang seputar PKJTLN dan LPM masing-masing sebelum berangkat menuju lokasi kegiatan.

Setelah berbincang-bincang, dua pengurus SKK Gonto tidak lama kemudian, Wartawan Tempo, I Wayan Agus Purnomo yang merupakan pemateri PKJTLN juga tiba. Kami kira hanya kami yang dijemput, ternyata pemateri juga baru tiba. Kami kemudian bersama.

Setiba di Kampus UNP, kami langsung disambut oleh teman-teman LPM yang sudah tiba sejak hari Sabtu. Dari LPM Profesi kenapa baru datang? dan sebagainya ditanyakan?.

Kami pun berkenalan satu persatu dengan mereka. Tidak lama kemudian kami berangkat naik bus ke lokasi kegiatan di Kota Sawahlunto, Padang Timur.

Perjalanan yang cukup jauh. Kurang lebih 5 jam perjalanan melewati bukit.

Kami tiba di Sawahlunto saat magrib. Mulailah kami beres-beres dan mencari kamar masing-masing di penginapan.

Pada pukul 20.00 WIB, acara pembukaan PKJTLN SKK Ganto UNP dimulai di Gedung Sanggar Kegiatan Belajar Sawahlunto yang dibuka secara resmi Oleh Walikota Sawahlunto, Ali Yusuf.

Keesokan harinya barulah dimulai materi pertama tentang Digitalisasi Media yang dibawakan oleh Wartawan Tempo, I Wayan Agus Purnomo.

la menjelaskan bahwa berdasarkan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (API) tahun 2016, penetrasi pengguna internet Indonesia yaitu sebanyak 132,7 Juta dari total populasi penduduk Indonesia 256,2 Juta orang. 15,7 persen di Pulau Sumatera, 65 persen pulau Jawa, 4,7 persen Bali dan Nusa Tenggara, 5,8 persen Kalimantan, 6,3 persen Sulawesi, serta 2,5 persen di Maluku dan Papua.

"Mereka menggunakan internet sebagai media sosial. Ada yang memanfaatkan hanya sebagai hiburan, dan juga memanfaatkan sebagai media informasi," katanya.

Wayan juga mengungkapkan bahwa perkembangan teknologi saat ini sangat berdampak kepada industri media, khususnya media cetak. Karena berbagai informasi sudah bisa didapatkan secara instan tanpa butuh waktu lama untuk menerbitkan suatu berita.

Akibatnya, banyak media saat ini menutup edisi cetak secara keseluruhan.

Tak hanya pada media cetak, tapi digitalisasi media juga berdampak pada media daring. Karena persaingan media daring bukan lagi bersaing dengan media cetak maupun sesama media daring. Tapi kini media pemberitaan tengah berkompetisi dengan media sosial seperti facebook, twitter, line, whatsapp group, instagram dan sebagainya. 

"Kompetisi tidak lagi media vs media, tetapi media vs media sosial," ungkapnya.

Senada dengan I Wayan Agus Purnomo, Direktur Kolaborasi Kumparan Yusuf Arifin menguraikan dampak teknologi bukan hanya pada media cetak dan daring, tetapi juga berdampak pada media broadcasting radio dan televisi. Warganet sedikit demi sedikit sudah mulai meninggalkan radio maupun televisi. 

Dengan berkembang pesatnya teknologi, banyak orang tidak lagi menonton melalui televisi, tapi siaran langsung suatu peristiwa sudah bisa dilihat langsung melalui HP Android. 

"Paradigma warganet awalnya sebuah film disukai banyak orang menonton di bioskop kemudian beralih ke TV dan sekarang beralih ke HP. Sama halnya dengan radio, masyarakat dulu umumnya sering mendengarkan berita menggunakan radio, tapi dengan teknologi yang ada, telepon genggam yang berukuran kecil sudah bisa dijadikan radio," urainya.

Setelah mengikuti materi selama tiga hari, peserta kemudian ditugaskan untuk melakukan peliputan pada hari keempat. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok. 

Setelah melakukan selama setengah hari, dilanjutkan membuat feature dan dikumpul ke panitia. Hasil penulisan feature terbaik diumumkan pada malam budaya yang merupakan rangkaian acara penutupan PKJTLN SKK Ganto.

Pada malam penutupan ini, semua peserta memperkenalkan budaya dari daerah masing-masing. Dan kami, peserta dari Makassar: LPM Profesi UNM, UKM Lima Wasilah UIN Alaudddin Makassar, dan UKPM Catatan Kaki Unhas menampilkan tarian Angngaru yang merupakan tradisi suku Bugis Makassar.

Pada hari terakhir kegiatan, sebelum kembali ke UNP, panitia mengajak peserta berkeliling di beberapa tempat wisata di Bukittinggi. Mulai dari Taman Panorama, Lobang Jepang, dan Jam Gadang.

Selain itu, kami juga sempat berkunjung ke Istano Basa Pagaruyung di Kota Batusangkar.

***

LAPORAN ini terbit di Tabloid LPM Profesi UNM edisi 220 pada Desember 2017. Terbit dalam rubrik LAPORAN PERJALANAN di halaman 11.

Cerita ini hasil laporan perjalanan setelah mengikuti Pelatihan Keterampilan Jurnalistik Tingkat Lanjut (PKJTLN) yang digelar Surat Kabar Kampus (SKK) Ganto Universitas Negeri Padang (UNP). Sengaja saya upload ke blog ini sebagai bagian dari cerita pengalaman yang pernah saya alami. 

Tabloid edisi cetak sudah tidak lagi tersusun dengan rapi di Redaksi LPM Profesi UNM. Sehingga saya merapikannya di salah satu kamar rumah online saya ini. Selain itu, tidak semua berita di Tabloid LPM Profesi UNM diterbitkan di portal berita www.profesi-unm.com. Jadi saya mengabadikannya juga di blog ini. Terimakasih sudah membaca sampai selesai. 

Salam,

signature
Next Post Previous Post
2 Comments
  • elfanmauludi
    elfanmauludi 8 Maret 2024 pukul 23.55

    Jika bicara teknologi, menurut saya sudah tidak ada tantangan yang terlalu berarti bagi siapapun untuk melaksanakannya. Menurut saya, tantangan utama jurnalisme di era digital saat ini adalah tingkat literasi masyarakat Indonesia yang masih rendah, percuma jika seorang jurnalis sudah menyajikan informasi yang sangat akurat dan kredibel, sementara masyarakat masih lebih percaya informasi yang didapatkan dari sosial media yang sumbernya masih diragukan kredibilitasnya.

    • Wahyudin Tamrin
      Wahyudin Tamrin 9 Maret 2024 pukul 08.49

      Kalimat terakhir "....percuma jika seorang jurnalis sudah menyajikan informasi yang sangat akurat dan kredibel, sementara masyarakat masih lebih percaya informasi yang didapatkan dari sosial media...." mungkin jadi masalah dalam jurnalisme saat ini.

      Karena berita yang bagus adalah yang dibaca meskipun kurang baik. Percuma membuat berita yang sangat menarik, mendalam, bahkan investigasi kalau tidak ada yang baca.

      Mungkin itu penyebab banyak media online kini cenderung mengikuti keinginan pembaca atau yang trend di media sosial. Tidak heran klick bait bertebaran di mesin pencari google. Kurang peduli dengan kualitas berita, yang penting memancing pembaca untuk mengklik. Hehehe

      Catt. artikel di atas sebenarnya ditulis dan sudah terbit di tahun 2017. Cuman dalam bentuk cetak di tabloid pers mahasiswa. Jadi saya upload ulang di blog ini agar jejaknya tidak hilang dimakan rayap dan waktu. Hehehe.

Add Comment
comment url