Tidak lama lagi semester gasal tiba. Tidak terasa.
Mahasiswa masih terus menerus melakukan demonstrasi. Tidak peduli di masa pandemi. Mereka minta keringanan UKT. Minimal semua mahasiswa mendapat
potongan 50 persen.
Tentu alasan itu hasil kajian yang matang. Mengingat hampir semua orang
tua mahasiswa terdampak pandemi.
Tapi birokrat tetap bersikukuh. Enggan menerimanya.
Alih-alih membuat kebijakan baru.
Semua mahasiswa yang telah melaksanakan seminar proposal digratiskan UKT
semester ini.
Mahasiswa belum menerima. Mereka kembali aksi.
Birokrat keluarkan kebijakan baru lagi. Semua mahasiswa yang tinggal
program skripsi, bisa mengajukan bebas UKT. Pun bagi yang memiliki mata
kuliah minimal 6 SKS, mendapat diskon 50 persen.
Setidaknya sudah sedikit membantu mahasiswa akhir. Tapi ini kan yang
terdampak pandemi, bukan hanya mahasiswa akhir, tapi mahasiswa baru dan
pertengahan.
Mahasiswa kembali demonstrasi. Tuntutan tetap seperti awal, diskon 50
persen untuk semua mahasiswa.
Birokrat kembali buat kebijakan baru. Semua mahasiswa semester sebelas
dan tigabelas bebas UKT tapi bersyarat. Harus membuat surat perjanjian menyelesaikan studi
hingga Desember.
Dalam sebulan, ada tiga kebijakan yang keluar. Waktunya pun sangat
singkat.
Beruntunglah mereka yang kampungnya dekat dari Makassar. Seperti
saya.
Beberapa teman, berada di luar pulau Sulawesi. Masih betah di
kampung.
Selain alasan pandemi, apalagi di Makassar, angkanya terus meningkat,
juga karena hari raya tidak lama lagi.
Kalau memaksakan ke Makassar mengurus bebas UKT, teman saya tidak bisa
berlebaran bersama keluarga. Kalau tetap tinggal berlebaran bersema
keluarga, pikirannya selalu di Makassar.
Mahasiswa kembali demo. Masih pada tuntutan yang sama. Diskon 50 persen
untuk semua mahasiswa.