Cerita Hari Ini Tentang BLT

Antre Bansos

Masih pagi-pagi sekali, ibu sudah membangunkan. "Mauki naik ke Makassar?" Katanya sambil membangunkan.

Tidur masih nyenyak. Mata masih tertutup. Hanya telinga antara sadar dan tidak mendengarnya.

Setelah mendengar ibu, saya langsung teringat kalau mau ke kampus minta jadwal seminar. Tiba-tiba saya bangun, mengambil handuk, lalu mandi.

Mandi beberapa menit saja. Kemudian pakai baju, celana, dan siapkan laptop dan proposal di dalam tas. Itu yang terpenting.

Ibu sudah menyiapkan sarapan. Tidak beda jauh ketika di Makassar. Indomi dan telur.

Saya berangkat ke Makassar sekitar setengah 9. Belum sampai di Makassar, tiba-tiba ponsel di saku celana berdering lama.

Kuundur gas motor, dan singgah sejenak di pinggir jalan.

"Sampai meki?" Kata ibu dari speaker gawai.

"Belumpi, baruka di Hertasning. Tapi mau meka sampai," jawabku.

"Mau lagi terima bansos nenekmu sebentar jam 12," kata ibu.

"Bisa jeki turun sini lagi," tambahnya.

"Iye, ke kampus ka dulu," jawabku lalu menutup telepon.

Sekitar jam 10 saya tiba di kampus. Suasana masih sepi.

Hanya ada Dg. Lau di ruang ujian. Dia akan seminar hasil.

Di ruang Jurusan, ada Sekretaris Jurusan sedang membimbing mahasiswa bimbingannya. Sambil menyiapkan forum seminar daring.

"Alhamdulillah. Dosen yang saya cari adaji," gumamku dalam hati.

Tapi terlebih dulu menunggu sampai dia selesai mengikuti seminar hasil via daring di ruangannya. Sekitar 1 jam menunggu.

Setelah menunggu, akhirnya bisa masuk dan minta jadwal. Sialnya, bukti pembayaran atau bukti keaktifan kuliah belum saya urus.

Akhirnya di suruh urus itu dulu di bidang akademik dan kemahasiswaan. Waktu di ponsel sudah menunjuk setengah 11.

Jika saya ke BAAK mengurus, mungkin butuh waktu lama lagi. Belum kalau antri.
Ah mending saya langsung pulang. Ada kewajiban yang tidak bisa di tunda di Maros.

Kalau mengurus ini masih bisa besok. Tapi kalau saya tidak pulang ambilkan bantuan sosial nenek saya, hari esok sudah tidak ada lagi.

Akhirnya saya langsung tancap gas pulang ke Maros. Tidak lama duduk di rumah, saya jemput tante yang juga menerima bantuan sosial.

Lalu menunggu di kantor kecamatan Tompobulu sebelum menerima. Setelah antri beberapa menit, akhirnya tiba waktunya nama nenek saya dipanggil.

Dalam kartu keluarga, saya hanya berdua dengan nenek. Kedua orang tua masih terdaftar KK di Palu. Sialnya nenek saya belum mengurus KTP di sini. Dan ketika mengambil bantuan sosial tersebut, harus memiliki KTP.

Kartu Keluarga

Karena saya hanya berdua dalam kartu keluarga, sehingga satu-satunya yang bisa mengambil adalah saya. Itu makanya saya harus mengambilnya.

Setelah menerima dengan jumlah Rp 600 ribu, saya kemudian memberi semuanya ke nenek. Ia kemudian memberikan saya 1 lembar.

"Ambil jugami ini seratus pembeli bensin sama kuota," kata nenek.

Alhamdulillah. Ada lagi uang jajan dari nenek.

Hehe sekian cerita saya hari ini. Belajar menulis. Satu hari satu tulisan.
signature
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url