Tipes dan Kasiwiang, Sebulan Istirahat Bekerja

HARI ini tepat sebulan saya tidak bekerja. Empat hari di kos. Tiga hari di Puskesmas. Selebihnya di rumah. Saya Tipes dan Kasiwiang.

Sabtu, 20 Februari lalu badan saya agak lemas dan sedikit dingin. Namun masih merasa kuat.

Saya berangkat ke tempat biasa. Salah satu warkop di Jl Hertasning Makassar. Di sana tempat saya selalu mengetik hasil wawancara untuk diterbitkan jadi berita.

Bukan lagi kopi susu. Pagi itu saya pesan lemon tea panas. Badan saya terasa mulai hangat. Jaket saya lepas. Kemudian menghubungi narasumber dan menulis berita. Dua berita jadi.

Seorang anak datang ke lantai dua warkop itu. Tempat saya dan jurnalis lain nongkrong. Dia menjual jalangkote. Kami ditraktir om Rais.

Sesaat kemudian, seorang rekan jurnalis lain menghubungi dari warkop lain. Ia memanggil. Di sana ada politisi yang juga Ketua Komisi di DPR RI. Kesempatan untuk wawancara. Apalagi ada isu kenaikan biaya haji.

Tidak menunggu lama, saya ke Warkop tersebut. Lokasinya di Jl Boulevard. Cukup elit dan ber-AC. Ternyata dia sedang asyik berdiskusi dengan rekannya. Saya memesan teh bersama teman. Sambil menunggu moment tepat untuk wawancara.

Rekan ngobrolnya berdiri. Bersalaman lalu pergi. Saya dan teman langsung menghampirinya. Kemudian wawancara. Terkait jamaah haji, pun berdiskusi perkembangan isu politik hari ini.

Setelah wawancara dan berdiskusi, diapun pergi. Di warkop itu, saya kembali merasa kedinginan. Saya pulang mendahului teman yang lebih dulu datang.

Sebelum pulang ke kos, singgah makan di warung. Badan saya makin kedinginan. Juga susu beruang dua kaleng di kios. Sampai di kos, saya minum sekaligus dua kaleng susu beruang itu.

Kemudian langsung baring, memakai jaket, juga selimut. Padahal hari masih sore. Sina matahari masih bersinar terang. Namun saya merasa kedinginan sampai tulang. Badan juga lemas dan terasa keram.

Bangun jam 9 malam. Rasa sakit di seluruh badan makin terasa. Namun pikirku saya perlu istirahat. Saya izin ke kantor untuk tidak bekerja. Usai bangun, saya susah tidur kembali. Hingga pagi. Merasakan sakit.

Pagi hari, saya putuskan download aplikasi Gojek. Saya pesan bubur ayam. Ini kali pertama saya lakukan ini. Pesan gofood.

Menjelang sore, rasa dingin sudah mulai tidak terasa. Namun keram di seluruh badan masih terasa. Saya memakai jaket dua lapis. Lalu pergi makan SOP Saudara tidak jauh dari kos.

Badan saya mulai berkeringat usai makan. Sebelum balik kos, saya terus ke apotik membeli obat sakit kepala dan asamefenamat.

Rasa sakit mulai hilang. Namun, saat malam hari, rasa dingin kembali datang. Saya menggigil. Sakit badan kembali terasa. Saya putuskan mengoleskan balsem geliga ke seluruh badan agar terasa panas. Namun tidak mempan.

Kondisi seperti malam pertama - menggigil, sakit kepala, dan seluruh badan kembali terasa keram - terulang lagi. Sampai pagi, saya melakukan hal serupa lagi. Memesan bubur ayam lewat gofood.

Menjelang siang, menjelang sore, kondisi kembali membaik. Namun saya tetap istirahat. Seharian tidur di kos. Kondisi tersebut terus terulang setiap hari dan malam hingga empat hari. 

Saya ingin pergi periksa ke rumah sakit, tapi kartu BPJS ada sama kakak saya. Selama ini, dia yang selalu membayar milik kami (saya, kakak, dan nenek). Dan memang di keluarga, baru kami bertiga yang punya BPJS Kesehatan. Saat libur minggu lalu, saya berikan kepadanya uang sekaligus. Jadi saya belum ambil.

Tiap hari siang dan malam orangtua juga selalu menelepon. Video call. Semakin khawatir melihat kondisiku di kos selalu memakai jaket tiap menelepon. Meski suasana di siang hari.

Hari kelima sakit, tidak ada perubahan. Kakak saya bersama suaminya datang menjemput. Sekira pukul 11 siang, saya berangkat dari Makassar ke Maros. Memakai dua lapis jaket. Namun masih terasa dingin di siang bolong.

Tidak lama sampai di rumah, kakak langsung membawa ke Puskesmas. Setelah diperiksa, hasilnya demam tifoid atau tipes. Diagnosa dokter, salah satu penyebabnya adalah begadang. Hal menjadi kebiasaan selama di Makassar.

Sehari di rawat, penyakit lain muncul. Bintik merah bermunculan. Seluruh badan. Semuanya merah. Ibu bilang itu namanya kasiwiang.

Selain minum obat dari dokter, ibu juga memberikan obat herbal. Seperti kasumba bugis, air kelapa, dan juga buah mengkudu.

Setelah tiga hari dirawat, dokter sudah mengizinkan pulang. Saya lanjut berobat di rumah. Apalagi kakak saya juga seorang perawat.

Dua minggu saya mengonsumsi obat tiga jenis. Jumlahnya 30 perjenis. Atau tiga papan. Setelahnya, pemulihan. Istirahat di rumah. Cukup bosan.

Hanya dua keponakan, berusia 4 tahun dan 2 tahun yang selalu menghibur di rumah. Tanpa mereka, suasana di rumah sangat membosankan. Apalagi tidak ada aktivitas.

Tepat sebulan, waktu terlalu lama tidak masuk kerja. Kondisi saya sudah baik. Akhirnya saya putuskan kembali ke Makassar dan mulai bekerja. (*)

signature
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url