Perdamaian Daerah Konflik

Selagi masih muda, jangan pikir materi dulu. Berusahalah mencari pengalaman sebanyak-banyaknya.


PEACE Leadership Class Kita Bhinneka Tunggal Ika malam ini sedikit berbeda dengan sebelumnya. 

Malam ini, PLC menghadirkan narasumber tamu yakni Dimas Panji Agung Rohmatulloh untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang refleksi dan pembelajaran misi kemanusiaan di daerah konflik.

Dimas Panji Agung Rohmatulloh, atau akrab disapa kak Panji, merupakan Deputy Director Yayasan Peduli Kepulauan Riau. Ia telah memiliki banyak pengalaman sebagai relawan perdamaian di daerah konflik.

Dalam PLC ini, kak Panji berbagi cerita hidupnya mulai sekolah hingga sekarang. 

Banyak pengalaman menarik yang dibagikan, mulai saat ia hidup dengan serba kecukupan, kemudian ditimpa bencana, dan yang paling menarik adalah ikut bergabung menjadi relawan perdamaian di daerah rawan konflik.

Sebuah tekad yang sangat berani. Terjun langsung ke daerah yang penduduknya ingin saling membunuh. Mulai dari Syria, Palestina, Libanon, dan negara timur tengah yang sering berkonflik.

Ia menceritakan kisahnya dalam mengelaborasi anak-anak usia belasan tahun di daerah tersebut dengan berbagai macam persoalan. Rata-rata anak usia 15 tahun di sana, sudah menenteng pistol. Bukan hanya anak-anak, tetapi juga orang dewasa.

Selain pengalaman, banyak pengetahuan baru yang diperoleh dan memiliki kaitan yang erat dengan materi-materi kepemimpinan dan perdamaian yang telah diterima sebelumnya.

Penyebab konflik di timur tengah kata dia, karena adanya yang ingin menguasai daerah tertentu. Selain itu, perbedaan keyakinan dalam beragama juga menjadi salah dua penyebabnya.

Baginya, terjun langsung membantu anak-anak dan orang yang berkonflik adalah kebanggaan tersendiri. Dengan segenap ilmu dan pengalaman yang telah ia dapatkan, bisa diimplementasikan untuk membantu sesama manusia.

“Bukan perkara apa yang kamu miliki, tetapi perkara apa yang bisa kamu bagikan,” katanya.

Keikutsertaannya berkontribusi di negara berkonflik, membuatnya lebih memahami dan menghargai kehidupan. “Saya juga menemukan makna hidup dari amanah yang diberikan.”

Menjadi agen of change, kata dia, harus memiliki wawasan luas, termasuk berpikir internasional. Salah satu kelebihan yang ia miliki untuk menjadi agen perdamaian di timur tengah, ialah memahami beberapa bahasa termasuk Inggris dan Arab.

Akan tetapi, sebelum itu semua, ada hal lebih penting yang harus dipahami, yakni budaya sendiri. Jangan sampai kita sibuk berpikir dan memahami budaya internasional, tetapi tidak memahami budaya sendiri.

Satu hal yang sering terjadi ketika ke luar negeri, adalah ditanya tentang budaya sendiri, dan masih banyak orang yang tidak memahaminya.(*)

signature
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url