Al Qur'an Sebagai Pedoman Hidup

Ilustrasi Al Quran (sumber: freepik.com)
Ilustrasi Al Quran (sumber: freepik.com)

Al Qur'an adalah kitab suci umat Islam. Di dalamnya mencakup banyak ilmu pengetahuan. Bahkan pondasi ilmu pengetahuan ada dalam Al Qur'an.


SAYANGNYA, saya yang belum mengerti bahasa Arab, masih sulit bagi saya untuk memahami Al Qur'an. Jangankan memahami maknanya, membacanya pun saya masih belum fasih. Terkadang masih terbata-bata.

Padahal, ini adalah pedoman hidup bagi umat Islam. Bahkan bagi seluruh umat manusia. Sebab, di dalamnya dibahas berbagai aspek. 

Mulai sebelum alam semesta diciptakan, bagaimana penciptaan manusia, sebelum lahir, kehidupan di dunia, hingga setelah kematian. Bukan hanya itu, aspek seluruh alam raya hingga kebutuhan manusia dalam kehidupan juga telah dijelaskan.

Sehingga, tidak cukup hanya membaca Al Qur'an. Tapi juga perlu mengetahui maknanya. 

Bahkan Quraish Shihab, ulama Indonesia saat ini, menyebutkan mengerti makna ayat Al Qur'an belum cukup. Umat muslim juga harus memahami tafsir dan kandungan setiap ayat dalam Al Qur'an.

Awal Mula Belajar Mengaji

Saya sendiri mulai belajar mengaji sejak kecil. Di keluarga saya tidak ada alim ulama. Tidak begitu taat dalam beragama. Tapi kecintaan pada agama itu ada.

Sebelum masuk sekolah dasar, ibu sudah terlebih dulu membawa saya ke guru mengaji untuk belajar. Di kampung waktu itu, saya tidak belajar Iqra yang mudah dibaca seperti sekarang ini.

Dulu masih belajar mengaji secara sederhana. Terkadang guru kami mengajar menggunakan bahasa Bugis seperti ini "alif yase’na A, alif yawana I, alif dapenna U, bacana A I U".

Begitulah awal mulai mengenal huruf-huruf Arab dan cara membacanya. Hingga bisa membaca Al Qur'an.

Namun ketika naik kelas 3 SD, saya dan keluarga merantau ke Palu. Jauh di pelosok. Hidup di hutan. Tidak ada tetangga. Apalagi guru mengaji.

Meski tidak lagi belajar mengaji sama guru, orangtua tetap terus memerintahkan anak-anaknya untuk selalu mengaji selepas magrib.

Bekal dari guru mengaji di Maros, saya tetap membaca Al Qur'an. Mungkin sekitar satu tahun lebih baru khatam membaca seluruh isi Al Qur'an.

Setelah khatam, semangat saya untuk mengaji mulai menurun. Sudah mulai jarang membaca Al Qur'an.

Saat masuk SMP, sudah jarang belajar agama. Selama tiga tahun, hanya satu mata pelajaran agama yakni pendidikan agama Islam (PAI). Itu dipelajari semester satu.

Sekolah saya negeri tapi masih satu atap dengan SD. Siswanya beragama. Antara Islam dan Nasrani hampir sama banyak.

Di SMP, saya tidak lagi belajar Qur'an Hadis, Fikih, Akidah akhlak, Sejarah Kebudayaan Islam, dan mata pelajaran agama Islam seperti di madrasah ibtidaiyah.

Jangankan guru agama seperti di atas, guru mata pelajaran umum pun kurang saat itu. Karena SMP saya baru buka saat itu. Saya angkatan ketiga. Guru-guru yang mengajar juga adalah guru yang mengajar di SD.

Setelah tamat SMP saya malah masuk ke SMK Kristen. Sebenarnya saya daftar di salah satu sekolah lain. Tapi tidak lulus. Tinggal beberapa sekolah swasta yang buka. Dan sekolah Kristen itu punya reputasi lebih baik. Akhirnya masuklah saya.

Di sekolah itu saya jadi "domba yang hilang". Ups..haha saya tidak ikut belajar agama. Bahkan belajar pelajaran agama Islam pun tidak.

Di sana dalam satu angkatan ada sekitar 300 siswa. Dari jumlah tersebut hanya 0,5 persen muslim. Hanya dua orang. Agama Hindu sekitar 5 persen. Sedikit lebih banyak. Dan mayoritas Kristen.

Di sekolah itu tidak ada guru agama Islam. Hanya guru agama Kristen yang ada. Terpaksa saya belajar agama dari guru sekolah lain. Saya ke rumah guru tersebut. Tidak belajar. Saya hanya disuruh mengaji. Guru itu mendengarkan. Lalu memberi nilai.

Yah begitulah saya mencari nilai agama untuk diisi di raport. Hanya satu kali pertemuan. Hanya disuruh mengaji. Lalu dapat nilai. Setidaknya, hal itu lebih baik daripada ikut mata pelajaran agama Kristen.

Barulah saat masuk kuliah saya kembali belajar agama. Untuk mahasiswa baru ada sebuah program yang dilakukan oleh lembaga dakwah kampus. Program SAINS.

SAINS adalah akronim dari Studi Al Qur'an Intensif. Tutornya adalah mahasiswa yang bergabung di lembaga dakwah kampus.

Di sana saya mulai lagi belajar Al Qur'an. Mulai belajar ilmu tajwid.

Tutor yang mengetes saya waktu sempat kaget ketika disuruh mengaji. Saya tidak punya Al Qur'an. Di kos pun tidak ada. Gawai waktu itu masih Nokia biasa. Sudah pasti aplikasi Al Qur'an juga tidak ada.

Setelah tes baca Qur'an di program SAINS itu, akhirnya saya pun pergi beli Al Qur'an. Lengkap dengan terjemahan. Itulah pertama kali saya punya dan baca makna ayat Al Qur'an.

Tapi itu juga hanya satu semester. Hanya untuk menunjang nilai tambah mata kuliah pendidikan agama Islam.

Setelah program SAINS, saya gabung lembaga dakwah kampus. Ikut tarbiyah. Sekali-kali juga ikut Mabit di masjid kampus.

Mabit adalah akronim malam bina taqwa. Salah satu programnya adalah mentadabburi ayat Al Qur'an. Lalu menjelang subuh, kami bangun salat tahajjud berjamaah. Ini juga pertama kali saya mendirikan salat tahajjud.

Hehe begitu banyak ilmu saya dapatkan di awal-awal perkuliahan setelah sekian lama jauh dari Al Qur'an. Jauh dari mempelajari ilmu agama Islam.

Tapi saya tidak lama terlibat dalam program itu. Saya terlibat dalam aktivitas lain yang cukup sibuk. Hingga saya selesai. Lalu bekerja. Pun selalu seperti itu. Selalu sibuk.

Setelah bekerja di media selama setahun, saya jatuh sakit. Tipes. Sempat sembuh. Lalu kambuh lagi. Sakitnya berkepanjangan. Hingga sekarang. Sudah hampir setahun.

Selama sakit, saya kembali sadar. Menyadari selama ini jauh dari Al Qur'an. Jauh dari agama. Sibuk dengan urusan dunia.

Dalam keadaan sakit, saya lebih sering mengingat-Nya. Melalui Al Qur'an dan buku-buku tentang agama yang saya baca.

Saya merasa lebih dekat kepada-Nya saat sakit dibanding saat sehat yang selalu sibuk dengan pekerjaan.

Tafsir Al Misbah

Pada suatu ketika, saya sedang scrolling media sosial. Di Instagram. Muncul sebuah reels peluncuran aplikasi tafsir Al Misbah.

Sebuah karya Magnum Opus Prof Quraish Shihab.

Tafsir ini ditulis ketika Quraish Shihab menjadi duta besar di Mesir tahun 1999. Mulai ditulis tahun 1999 dan selesai dalam 3,5 tahun tanpa henti.

Pertama kali diterbitkan tahun 2000. Sampai sekarang sudah empat kali dilakukan revisi.

Tapi dalam bentuk aplikasi baru diluncurkan menjelang akhir tahun 2023 lalu.

Tanpa pikir panjang, saya tinggalkan reels tersebut. Saya langsung buka google play store. Saya cari lalu unduh.

Aplikasi itu berbayar. Rp 500 ribu untuk seumur hidup. Hanya sekali bayar. Tapi saya belum beli.

Saya hanya sempat menikmatinya selama sepekan. Hanya dalam waktu tujuh hari bebas akses. Saya kagum dengan tafsir yang dijelaskan Prof Quraish Shihab.

Tidak sekadar arti setiap ayat, tapi makna yang terkandung dalam ayat itu. Semuanya dijelaskan secara rinci berdasarkan penafsiran ulama-ulama terdahulu. Juga disertai penafsiran beliau.

Menariknya, ia menjahit ayat dari awal samai akhir sambung menyambung. Quraish menulisnya dengan baik dan nyambung.

Selain itu, dalam aplikasi itu juga terdapat pengelompokkan ayat dan topik.

Ada menu topik, berbagai tema. Setiap tema memiliki sub tema.

Yang menarik juga ada fitur pencarian. Sehingga cukup mengetik, dan akan muncul di surah mana saja dan topik apa saja.

Melalui aplikasi tafsir Al Misbah ini saya pertama kali membaca tafsir. Saya makin kagum dengan mukjizat Al Qur'an. Semakin tertarik untuk terus mempelajarinya.

Belajar Bahasa Arab dari Al Qur'an 

Bahkan saya mulai tertarik untuk mempelajari bahasa Arab agar bisa lebih dalam mempelajari dan memahami Al Qur'an. Saya mencari aplikasi belajar bahasa Arab, tapi belum menemukan yang cocok.

Mulailah saya mencari cara belajar bahasa Arab di YouTube. Ada banyak sekali yang sudah membuat materi di YouTube. Khususnya materi ilmu Nahwu dan Sharaf. Tapi saya kesulitan untuk memahaminya.

Saya juga mencari situs-situs belajar bahasa Arab. Dari beberapa situs yang saya temukan, ada satu yang menarik. Sebuah situs blogspot yang menyajikan Belajar Bahasa Arab dari Al Qur'an secara menarik. Bahasanya ringan dan sederhana.

Blog tersebut milik Rafdian Rasyid. Total ada 86 topik Nahwu Shorof di bahas. Menariknya, materinya disertai contoh dan penjelasan dari ayat Al Qur'an.

Hingga tulisan ini saya upload, saya baru mempelajari 24 topik. Meski masih sangat sedikit sekali saya ketahui, tapi saya sedikit demi sedikit bisa memahaminya.

Bagi yang penasaran, bisa buka situsnya di blog Belajar Bahasa Arab dari Al Qur'an.

***

DEMIKIAN cerita tentang Al Qur'an sebagai pedoman hidup. Terimakasih sudah membaca sampai selesai. Silakan tinggalkan jejak di kolom komentar agar kita bisa saling kenal.

Salam, 

signature
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url