SENJA di Pantai Galesong, Kabupaten Takalar.
Di sana, dua orang berdiri saling berhadapan. Bukan sepasang kekasih yang menikmati senja. Keduanya perempuan.
Mereka sedang healing sekaligus mengimplementasikan materi DJMTD. Latihan menjadi news anchor secara bergantian. Ada berbicara, satunya merekam.
Foto ini bukan tentang dua gadis itu yang sedang belajar. Ini adalah momen sepasang kekasih yang selalu bertemu hanya untuk berpisah.
***
Suatu ketika, dalam cerita fiksi, ada sebuah pertarungan. Antara raja dan tahanan. Bukan pertarungan fisik.
Pertarungannya adu pemikiran. Mereka saling lempar teka-teki. Siapa tak bisa menjawab berarti dia kalah.
Raja itu bernama Roh Drukpa. Sementara tahanan yang melawannya adalah Nyonya Ayako. Diantara mereka tidak ada kalah. Semua teka-teki mampu dijawab kedua petarung.
Tapi ada satu teka-teki dari raja itu menarik. Momennya sesuai dengan foto ini.
Nyonya Ayako hampir tak mampu menjawabnya dalam waktu yang ditentukan. Tujuh menit. Namun di detik-detik terakhir, dia menjawabnya dengan benar.
Teka-teki raja itu berbunyi seperti ini.
"Selalu bertemu hanya untuk berpisah. Mengucapkan selamat datang hanya untuk melambaikan selamat tinggal.
Tidak pernah bersatu padahal berjodoh sejak lama. Miliaran tahun sejak dunia ada, selalu begitu takdirnya" apakah itu?
Nyonya Ayako memikirkan clue-nya. Dapat. Sunrise dan sunset. Setiap fajar menyingsing mereka bertemu lalu berpisah.
Begitupun saat senja. Mereka kembali bertemu dan sekejap berpisah lagi.
Pasangan itu adalah SIANG dan MALAM.
Sepenggal cerita fiksi ini ditulis Tere Liye dalam bukunya yang berjudul Bedebah di Ujung Tanduk.(*)