Pembimbing Tiga di Pondok Ceria

Mahasiswa akhir eksis di atas mobil ronsok.

NONGKRONG di mobil rongsok. Ngekos di samping kampus. Pondok Ceria. Tapi tidak seceria namanya. 

Di kos ini laptop selalu berjejer. Hasil perbaikan proposal penelitian menumpuk di sini. Di kamar 01.

Kos ini punya 19 kamar. Dua tingkat. Campur. Cowok cewek. Lokasinya strategis. Tidak jauh dari kampus. Hanya sepelemparan batu dari gedung FMIPA -fakultas yang paling damai di Parangtambung.

Nongkrong di mobil tua ini hanya pelampiasan. Melepaskan lelah setelah bergelut dengan data.

Berbagai persoalan dalam proses penelitian tuntas di kamar kos ini. Bahkan ada yang tidak tahu maksud coretan pembimbing 1 dan 2. 

Tapi dapat diterjemahkan oleh pembimbing tiga. Masalah selesai hingga akhirnya semua sarjana.

Surahman. Dialah yang disebut pembimbing tiga sekaligus pemilik kamar 01 di kos tersebut. 

Badannya kerempeng. Di kampus dipanggil ceking. Tapi otaknya tidak sekerdil badannya. Dia cerdas. Juga tekun. Mungkin karbohidrat yang dia konsumsi ke otak semua. Tidak ada jadi lemak.

Dalam 6 tahun sudah punya dua gelar. Sarjana Pendidikan Otomotif di UNM. Magister Teknik Mesin di Unhas. 

Gelar S2 itu diraih saat belasan angkatannya di UNM masih bergelut dengan skripsi.

Meski namanya tidak tercatat dalam skripsi, tapi jasanya dalam penyelesaian beberapa skripsi sangat besar.

Mobil ronsok ini juga milik Surahman. Kami tempati nongkrong kala penat dengan data penelitian. Bercanda. Bakucalla. Sekadar mengusir kejenuhan. Kami tertawa.

Di atas mobil ini tidak secerdas Surahman. Itu dalam hal penelitian. Tapi kalau skill menulis cerita, Surahman masih kalah. 

Begitupun perihal supir antar daerah, pria yang berdiri di belakang lebih ahli.

Begitulah pertemanan kami. Saling mengisi kekurangan. Jika ingin keluar daerah, ada ahlinya bisa bawa mobil.

Begitupun dalam proses penelitian juga memiliki ahli.

Sekarang sudah sibuk di bidang masing-masing.(*)